Rabu, 09 Desember 2015

Mati yang Indah

Kemarin aku dapat berita duka, salah seorang guru agama yang kuhirmati wafat saat memimpin salat jenazah kemenakannya.

Bapak Ustadz Toto Tasmara, wafat saat memimpin salat jenazah kemenakannya di Palembang. Hati ini yang terkejut mendengar kabar itu bercampur baur dengan decak kagum akan perginya yang indah.

Bayangkan, Allah mengambilmu saat melakukan perbuatan yang sangat mulia. Jatuh dalam posisi bersujud dan pergi dengan tenangnya. ALLAHU AKBAR!

Allah mengetahui apa-apa yang manusia tidak ketahui.

Sungguh aku iri akan kepergian guruku itu. Aku tidak berduka, aku bangga! Guruku sungguh mulia hatinya, bersih tindak tanduknya, dan pergi dengan sangat indahnya.

Mati itu indah jika matimu dalam keadaan mulia. Aku ingin, aku ingin!

Jakarta, 9 Desember 2015

Rabu, 04 Maret 2015

~ it's not just a birthday note (2)~

Dear Ayu,

Hari ini tujuh belas tahun usiamu, usia di mana dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia sudah dianggap dewasa. Usia di mana kamu sudah bisa mendapatkan Kartu Tanda Penduduk dan Surat Ijin Mengemudi. Usia di mana kebanyakan orangtua menganggap anaknya sudah cukup pantas pacaran :). Hari ini tujuh belas tahun lalu lahir ke dunia seorang bayi yang besar, beratnya 4150 gram, berat yang tak biasa untuk kelahiran spontan (normal). Perlu beberapa jam bagi mama untuk mengeluarkanmu dari hunian nyamanmu di dalam perut mama yang bernama rahim. Akhirnya dengan sukses Dr Soedibjo Toeloes yang belakangan kamu panggil eyang, membantu mama mengeluarkanmu. Dengan suka cita papa dan mama menyambutmu dan sesaat kemudian sibuk mencarikan nama yang tepat untukmu.

Rahayu Jasmin Paramita adalah nama 100% mama yang mencari dan memilih. Rahayu adalah nama eyang putrimu dari Sofie Rahayu Praseno Prawirodirjo yang mempunyai makna selamat, Jasmin adalah nama tengah mama yang juga mama sematkan pada saudara-saudaramu mbak Mimi dan Luna kemudian, Paramita adalah nama dewi pengetahuan yang sangat cerdas dan pintar.

Nama adalah harapan. Orangtua menamai anaknya dengan doa dan harapan baik. Harapan agar anak yang dinamai kelak menjadi orang sesuai dengan harapan dan doa orangtua. Demikian juga mama dan papa mempuyai harapan terhadapmu, menjadi anak yang selamat dunia akhirat, namanya harum seharum melati dan pintar, hanya dan hanya jika Allah mengijinkan.

Dan nyatanya hingga usiamu yang ke 17, alhamdulillah kamu tumbuh sebagai gadis cantik, pintar dan punya teman yang banyak. Mama sangat bangga atas pencapaianmu sebagai insan Allah hingga saat ini. Pesan mama agar semua yang telah kau capai tetap pertahankan dan tingkatkan. Dan maafkan mama jika selama ini mama keras padamu. Semoga kamu mengerti bahwa itu semua adalah untuk kebaikanmu sendiri.

Jadilah wanita cantik, pintar, rendah hati, dan selalu ingat bahwa kamu adalah milik Allah. KepadaNya kamu kembali. Dan untuk kembali dalam keadaan sempurna, maka kamu harus melakukan apa yang Ia perintahkan dan menjauhi laranganNya. Sholat adalah tiang agama. Tanpa sholat kamu bukanlah seorang muslimah, maka tunjukkan pada Allah bahwa kamu adalah muslimah. Doa dan dizkir adalah pelindungmu dalam melangkah. Semua keputusan dalam hidupmu adalah karena doamu sendiri pada Gusti Allah. Maka berdoalah setiap waktu, mohon petunjuk hanya padaNya. Dzikir menjadikan darah dan denyut nadimu menjadi islam sejati, menenangkan hati dan menjernihkan pikiran. Maka dzikirlah setiap waktu sebagaimana Allah mengalirkan darah dalam tubuhmu.

Di usiamu yang ke 17 ini, mama belum bisa mengijinkanmu menambatkan hati pada seorang laki-laki, bukan hanya karena pergaulan muda-mudi yang mengerikan saat ini, tapi juga mama teramat sayang padamu. It's not just the right time yet.

Pesan berikutnya adalah pintar-pintarlah kamu memilih teman. Islam mewajibkan kita memilih teman. Pilihlah teman yang menjalankan ibadah agamanya dengan baik, apapun agamanya. Pilihlah teman yang takut pada Gusti Allah. Teman yang mengerti keadaanmu, apa pun keadaanmu. Teman yang baik tidak akan menuntutmu untuk menjadi seperti mereka, tapi menuntutmu untuk jadi dirimu sendiri. Percayalah, satu teman yang baik jauuuhhh lebih baik dari pada seribu teman yang membuatmu tidak menjadi diri sendiri.

Last but not least, jadikan waktu mama yang tersisa di dunia untuk meraup sebanyak-banyak restu darinya agar langkahmu ke depan terang benderang, indah cemerlang. I know you will

I love you so much,
Alhamdulillah Yaa Allah..

Mama

Rabu, 18 Februari 2015

~ kulukai hatimu sore itu ~

kulukai hatimu sore itu
meski aku ingin sekali berdebat dengan hatiku
bahwa lukamu akan segera mengering
tapi rasanya percuma saja
karena aku yakin kau sudah lelah dengan segala alasan dan riak kataku yang tak jelas

kulukai hatimu sore itu
dengan sebuah pertanyaan penuh rasa
yang seharusnya tak nyata-nyata kuungkap
meski aku tahu lukamu mungkin akan segera kering
aku sungguh sok tahu

kulukai hatimu sore itu
yang karenanya kulukai juga hatiku
hingga berdarah hebat
yang kemudian hingga kini aku masih sibuk membebat
luka hatiku sendiri
karena kecerobohanku padamu

kulukai hatimu sore itu
dengan serta merta karena gempita hati yang harusnya kutekan
dan kini hanya tersisa perih mendendam
aku sungguh-sungguh sok tahu
padahal aku tak tahu apa-apa tentangmu
aku bukan siapa-siapamu

kulukai hatimu sore itu

Jakarta, 17 Februari 2015

Rabu, 11 Februari 2015

~ it's not just a birthday note ~

Ketika jarum jam menunjuk ke angka dua belas lewat tengah malam tanggal sepuluh Februari dua ribu lima belas, mendadak handphone menjerit menandakan notifikasi pesan berdatangan. Ya, teman, saudara, sahabat bergiliran memberi ucapan selamat atas "berkurangnya" jatah hidupku di dunia. Empat puluh enam bukan usia yang muda lagi, sudah saatnya aku memikirkan hal-hal di luar kesenangan duniawi. Sudah saatnya memikirkan betapa waktu adalah hal yang paling berharga mengingat jatah usia yang makin sedikit. Introspeksi, tafakur, merenung apalah namanya intinya sama : koreksi diri seraya memohon ampunan Sang Pencipta atas dosa yang demikian banyak tak terhitung yang kubuat detik demi detik. Ucapan-ucapan bernada doa keselamatan, kesehatan, kebahagiaan dari segala penjuru bukan sekedar ucapan basa-basi. Itu semua ucapan peringatan agar waktu yang tak banyak ini kugunakan dengan sebaik mungkin. Bukan tak mungkin tahun depan sudah tak ada gunanya. Kita tidak pernah tahu rahasia Allah akan jatah umur. Pesta ulang tahun bermewah-mewah itu sudah tak ada gunanya jika kita tahu. Kini aku sibuk menulis pesan di dalam sanubariku dan di dalam sanubari anak-anakku : jadilah pribadi menyenangkan, bermanfaat bagi banyak orang, jangan menyusahkan orang lain, sholat, sholat, sholat, dan sejuta pesan lain. It's not just a birthday note. Terima kasih kepada semua yang telah mengingatkanku. Semoga Allah melimpahi kalian dengan berkah luar biasa. Don't waste it.

Love you all...
SK 10/02/2015

Sabtu, 31 Januari 2015

~ menghitung rindu ~

beberapa hari ini kau paksa aku menghitung rindu
dan ketika detik menjadi alat ukurnya
rasanya sudah tak terhingga jumlahnya
karenanya aku menyerah

Jumat, 19 Desember 2014

~ maitreya ~

dia yang kupanggil maitreya
nama sakral yang senantiasa menggeliat di dalam kalbu,
yang sebelumnya lantak terputus asanya,
dan lalu ia memungut satu per satu puing itu dan memeliharanya hingga kini

ia yang tak enggan mendengar semua keluhku yang seringkali tak masuk akal,
kekanak-kanakan,
kemarahanku yang seringkali brutal,
bercampur galau tak jelas,
yang tak seorang jalma pun pernah mendengar, memahami, kecuali, ya kecuali maitreya

mungkin sih ia bosan tapi aku tak peduli,
semata karena rasa percaya yang menyentuh langit,
rasa yang setengah mati kuolah agar tak menjadi kasar dan bantat,
semata karena ia guruku,
guru yang ku yakin tak kan pernah membosankan,
walau berjam-jam kelasnya

ia yang kupanggil maitreya,
nama sakral yang menggeliat di dasar naluri kewanitaanku,
yang harus kutahan agar tak runyam
dan selalu ia paham betapa berat aku berusaha,
dan ia sabar saja

dia, maitreyaku.
Sang Penjaga Hati

Jakarta, penghujung 2014

Rabu, 12 November 2014

~ olah rasa ~

Oke sekarang aku mau bicara tentang rasa. 
Rasa yang sering datang bersamaan dengan hujan yang tajam menghujam remah tanah yang kesunyian. Rasa yang datangnya bersamaan dengan bayang wajah yang belakangan begitu mudah tergambar di dalam kepalaku. Wajah yang demikian tenang, setenang ucap dan perilakunya. Ketenangan yang tiba-tiba tanpa kuminta menyeruak dan menimbulkan rasa di hunian hati yang telah lama aku abai. Rasa yang sangat sulit kutuangkan dalam kata. Atau memang aku tak pandai menerjemahkan rasa. Rasa bagai bahasa asing yang bahkan satu kosanya pun tak kukuasai. Aku merasa gagap dalam merasa. Sehingga aku perlu diam sejenak untuk mengolahnya. Olah rasa. 
.
.
.
.
.

Dia.
Ya, dia yang belakangan wajahnya begitu sering muncul tanpa kuminta. Dia adalah yang kurasa, yang memaksaku untuk segera bertindak agar tidak kebablasan. Dan mengolah rasa ini tak kuduga demikian sulitnya. Sulit, karena saking lembutnya ia hadir dan menetap. Tanpa suara, tanpa geratak, tanpa nafsu. Saking lembutnya hingga aku merasa hadirnya bagai udara yang kuhirup tiap detik. Dan sepertinya dia tak keberatan. Ringan saja. 
Namun tentu, tak mudah bagiku untuk tak gelisah. Ribuan kata yang kuucapkan padanya menunjukkan kebodohanku mengolah rasa. Entah apa yang ada dalam benaknya melihat dan membaca kedunguanku. Kadang aku peduli, selebihnya aku begitu malu, rapuh dan tolol.
.
.
.
.
.

Sekarang bayangnya berpendar-pendar dalam bilik hatiku yang nyaris gelap. Aku biarkan saja ia di sana. Toh, aku tidak mengundangnya. Biarkan dia leluasa menguasai hatiku yang nyaris mati. Siapa tahu keberadaannya menyembuhkanku. Siapa tahu. 
Walau begitu tentu aku tak mau rasaku ini membuatnya jengah dan patah. Biarkan aku tertatih-tatih mengolah rasa yang bagai energi yang tak tergantikan ini. Hanya aku. Bukan dia. Bukan kami. 
Tak kan ada kami. 
Olah rasa itu belum selesai.

Jakarta, 12 November 2014
Sejurus buku Ramalan Tentang Muhammad yang nyaris usai. 

Minggu, 02 November 2014

~ this journey ~

Sekian kali aku merenungi hidupku yang seperti roller coaster. Sesaat senang, sesaat sedih, sesaat mampu, sesaat lunglai. Lucunya, setiap aku jumawa, Allah mengingatkanku serta merta. Bagiku, Allah itu cash and carry. Mengingatkanku akan kesombonganku dengan seketika tanpa jeda waktu. Dan kadang tanpa henti. Dulu aku bingung, marah, kecewa...mengapa Allah "menghukum"ku. Namun sejurus waktu dan pendalaman hati yang tak sebentar, aku sadar justru Allah sangaaaaattt sayang kepadaku. Tak dibiarkanNya aku terjerumus makin dalam ke lembah dosa, sifat sombong dan duniawi berkepanjangan. DiangkatNya aku dengan cepat menurut ukuran waktuNya yang sering tanpa aku sadari.

Dulu, dengan mudah aku meraih segalanya dengan uang. Setengah mati berdaya upaya agar tetap berberat 52 kilo, dandan tak sekedar biasa, harus luar biasa. Harus berbeda dari lainnya. Rambut tak pernah hitam. Rasanya tak ada merk tas yang tak aku punya. Pokoknya harus gaya, harus beda, harus punya. Hingga akhrnya Allah mengambil itu semua dariku, semata karena Ia begitu sayang padaku. Bertahun baru kusadari itu. 

Dia memberiku kanker payudara stadium 3B. Dia memberiku perceraian. Tapi Dia memberiku kekuatan. Dia memberiku 3 gadis yang gadis yang luar biasa. Dia memberi cinta!

Tak selesai di situ, Dia mengambil hartaku tapi Dia mendekatkan hubunganku dengan keluargaku, Dia memberi 3 gadis yang paling hebat di dunia. Dia memberiku cinta!

Oh, masih kurang, Dia memberi kanker payudara lagi, kali ini stadium 4 yang sudah menjalar ke mana-mana., tapi Dia juga memberi teman-teman dan sanak saudara yang mengulurkan bantuan tanpa tanya tanpa pamrih. Dia memberiku seorang dokter yang kupanggil Budha Meitrya yang berhati tulus, berotak cerdas, bernyali juara untuk menjadi sarana pengobatanNya. Dia memberiku cinta!

Sekian kali aku merenungi hidupku yang bak roller coaster dan aku bersyukur, Allah memperkenankan aku menikmatinya. Namun demikian aku tak ingin orang lain ikut mengendarai roller coaster sepertiku. Biarlah perjalanan ini aku nikmati sendiri. Biarlah aku egois kali ini.

Jakarta, 2 November 2014

Seraya mengucap syukur alhamdulillah atas kemajuan kesehatanku yang tak lain karena cinta, dukungan, doa dan bantuan materiil dari berbagai pihak yang tak bisa kusebutkan. Terima kasih khususon kepada Dr Walta Gautama, SpB Onk. yang demikian sabar dan tegas mendampingiku. Alhamdulillah.

Hidupku untukku, untuk anak-anakku, dan kuharap Dia masih memberiku kesempatan untuk bermanfaat bagi banyak orang. 


Rabu, 29 Oktober 2014

~ doa ~

perjumpaan yang sarat makna itu mungkin tak perlu kuungkapkan
biasa, agar kau tak bisa menerka isi hatiku
sekali-sekali aku ingin terlihat misterius
terutama di depanmu
padahal hatiku linglung
jalanku galau
pikiranku gontai
lidahku resah

lalu dari perdebatan menuju diskusi-diskusi menarik
membuat hijau menjadi ungu, dan biru menjadi oranye
hati menggeliat ingin berontak 
agar tak terlalu misterius lagi
lelah berpura-pura
mataku membola
tanganku menggapai
bibirku bergetar

kemiudian kami meneruskan perbincangan
tentang topik favoritku sepanjang masa
bahkan saat tanpa suara
batin kami bercakap renyah menembus malam
andai jarak itu bukan penghalang
sudah kudekap engkau erat
seperti doaku yang mendekap erat doamu
tiap hari

Jakarta, Oktober 2014

Kamis, 27 Maret 2014

Sakit itu....

Sakit itu zikrullah. Mereka yang menderitanya akan lebih sering dan syahdu menyebut Asma Allah dibanding ketika dalam sehatnya. 

Sakit itu istighfar. Dosa-dosa akan mudah teringat, jika datang sakit. Sehingga lisan terbimbing untuk mohon ampun. 

Sakit itu tauhid. Bukankah saat sedang hebat rasa sakit, kalimat thoyyibat yang akan terus digetar?

Sakit itu muhasabah. Dia yang sakit akan punya lebih banyak waktu untuk merenungi diri dalam sepi, menghitung-hitung bekal kembali. 

Sakit itu jihad. Dia yang sakit tak boleh menyerah kalah; diwajibkan terus berikhtiar, berjuang demi kesembuhannya. 

Bahkan sakit itu ilmu. Bukankah ketika sakit, dia akan memeriksa, berkonsultasi dan pada akhirnya merawat diri utk berikutnya ada ilmu untuk tdk mudah kena sakit.

Sakit itu nasihat. Yang sakit mengingatkan si sehat untuk jaga diri. Yang sehat hibur si sakit agar mau bersabar. Allah cinta dan sayang keduanya. 

Sakit itu silaturrahim. Saat dijenguk, bukankah keluarga yang jarang dtg akhirnya dtg membesuk, penuh senyum dan rindu mesra? Karena itu pula sakit adalah perekat ukhuwah.

Sakit itu gugur dosa. Barang haram tercelup di tubuh dilarutkan di dunia, anggota badan yang sakit dinyerikan dan dicuci-Nya. 

Sakit itu mustajab doa. Imam As-Suyuthi keliling kota mencari orang sakit lalu minta didoakan oleh mereka. 

Sakit itu salah satu keadaan yang menyulitkan syaitan; diajak maksiat tak mampu-tak mau; dosa lalu malah disesali kemudian diampuni.

Sakit itu membuat sedikit tertawa dan banyak menangis; satu sikap keinsyafan yang disukai Nabi dan para makhluk langit. 

Sakit meningkatkan kualitas ibadah; rukuk-sujud lebh khusyuk, tasbih-istighfar lebih sering, tahiyyat-doa jadi lebih lama. 

Sakit itu memperbaiki akhlak; kesombongan terkikis, sifat tamak dipaksa tunduk, pribadi dibiasakan santun, lembut dan tawadhu. 

*Kiriman teman yang kurenungi sepanjang malam, subhanallah*

Jakarta, 27 Maret 2014