Jumat, 29 April 2011

~ semua ~

tahukah kamu
apa yang terbaca dari raut wajahmu yang berkerut-kerut?
sebuah lautan ilmu tentang rasa
rasa yang bertautan enggan lepas

memindai hatimu di keremangan cakap
adalah sebuah pekerjaan yang tak pernah sia-sia
karena aku pasti akan menemui ujung yang gilang gemilang
yang pangkalnya berupa cinta

tahukah kamu
apa yang terdengar dari helaan nafas yang teramat berat?
sebuah samudra pikir tentang hidup
hidup yang berkelip-kelip enggan redup

mengertimu di tengah ramainya akal yang selalu pekak
adalah sebuah perjalanan yang tak pernah membosankan
karena aku pasti akan menemui mati yang berbuluh rindu
yang pangkalnya tak lain adalah cinta

semua berpangkal dari cinta
titik

Jakarta, 29 April 2011 

Selasa, 26 April 2011

~ dan kamu datang malam itu ~

Sabtu, 24 April 2011 menjelang tengah malam.

Menyibakkan tirai di tengah malam buta untuk mengintip gelap adalah di luar kebiasaanku, buat apa coba? Namun malam itu, gelap seolah memanggil-manggilku. Lirih namun kuat.
Kusibakkan tirai dan kaget  kudapati kamu mematung di balkon kamarku, memunggungiku. Sepertinya kamu memang sengaja menungguku. Buru-buru kupasang hijabku, kuganti bajuku dengan gamis hitam lalu keluar melalui pintu sorong menuju balkon.

Kamu menoleh, tersenyum tipis dan memajukan dagumu sepintas dan berujar,"Aku sudah menunggumu di sini lama". Kutunjukkan muka prihatinku dan kusahut,"Maaf, seharusnya aku lebih peka menangkap kehadiranmu".
Kamu diam. Ah, tanpa kubilang pun, pasti kamu tahu betapa menyesalnya aku.
Lalu kami diam.

Hanya tingkah angin yang dengan sok tahu menguping. Desaunya membuat ngilu pendengaran.Baju putihmu berkibar-kibar, dan rambutmu yang lurus seperti ombak yang beriak-riak. Tapi kamu tak hirau, malah seolah menikmati konser angin tersebut.
Akhirnya, suaramu,"Aku rindu pintamu akan aku, maka aku nekad saja datang ke balkonmu".
Aku tersenyum. "Iyalah, nekad..lantai 17 kan tidak rendah", dalam hatiku bicara.
Lanjutmu,"Aku sungguh berharap, permenunganmu selama beberapa saat ini, membuatmu yakin bahwa semakin lama kau perdalam ilmu cinta, semakin kau mengerti bahwa aku selalu ada".

"Cinta", tak sadar aku mendesah. Iya, memang dulu aku mencari cinta hingga ke ujung ufuk hati, ke sisi tebing rasa, berteman curiga, bernafas resah, dibelenggu cemburu. Hingga aku menemukannya. Sosok berbaju putih, berambut lurus ini. Cintaku yang terakhir malah hampir membunuhku. Dan dia menyelamatkanku.
Lanjutku,"Iya, aku sangat percaya padamu, seperti halnya kamu selalu percaya padaku". Bukan yang selalu mencurigai, tapi kemunafikannya membuatnya membelah hati untuk perempuan lain.

"Aku bangga pada pencapaianmu, kiranya Tuhan Sang Maha Pengasih selalu menyinari hatimu", sambil mengusap ujung tanganku, dan menghilang.

Tinggallah aku di balkon kamarku, di lantai 17, dibekap gelap, dikelilingi sepi. Bahkan angin pun sudah pergi serunut kepergianmu. Tapi hatiku terang benderang.

Jakarta, April 2011

Kamis, 07 April 2011

~ adakah? ~

Yaa Allah
Allah Lafzhul Jalalah
dan kumohon ampunanMu, Yaa Ghaffaar
atas dosa yang kukangkangi dengan bangga
atas maksiat yang kupanggul dengan suka cita
mengaliri darahku dengan keburukan
lalu mereka meninggalkanku kering kerontang

Yaa Allah
Allah Lafzhul Jalalah
adakah Engkau menangis melihatku, Yaa Syahiid
atas sombongku yang kusunggi dengan tawa
atas harta yang kugadang-gadang ke seluruh penjuru dunia
melesatkanku menuju kekufuran
membuatku lapar bagai anjing buduk mengais pujian orang

Yaa Allah
Allah Lafzhul Jalalah
padahal Engkau tak pernah lalai mengusap air mataku
dengan kasih sayangMu yang tak terputus, Yaa Rahiim
sedang aku terbirit menjauh dari nyata dan ilmuMu yang luas
sedang aku mengawani kemunkaran dengan jelas-jelas
merontokkan iman bagai angin menyapu kapas

Yaa Allah
Allah Lafzhul Jalalah
Yaa Allah, Yaa Samii', Yaa Ghafuur, Ya Qudduus,
apalah aku di hadapanMu
bahkan berkedip pun semata atas izinMu
ampuni aku atas segala sombongku (padaMu)
segala maksiat, segala dosa tak terbilang bagai butiran debu

Yaa Allah
Allah Lafzhul Jalalah
Yaa Allah, Yaa Muhshii, Yaa Muhyii, Yaa Tawwaab
adakah waktuku cukup untuk memohon ampunanMu?
adakah pemandu menuju surgaMu menghampiriku?
adakah?
adakah?


"Dan di antara mereka ada orang yang mendoa: `Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka`.
Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya".
(QS. Al Baqarah : 201-202)


Jakarta, 7 April 2011

Senin, 04 April 2011

~ cangkir ketiga ~

sesap
kau menyesapi
hatiku yang cair
yang kopi

matamu berbinar tanda cerdas
(kau mendelik, ini semua milikNya)
"ya..ya..engkau memang milikNya"
malam nanti aku akan membujukNya
memintamu

ini bukan cangkir kami yang ke tiga sebenarnya
cuma yang kebetulan ingat
karena di cangkir yang ketiga
aku serius
serius cinta

Jakarta awal April 2011



~ hibernasi ~

dalam tidur kudengar
berderik-derik suara
menderakkan hati yang lelap
dan membuta

sepintas seperti mimpi
tapi bukan
semua tentang hidup
seperti mimpi, tapi bukan

(Ia akan tunjukkan jalan bagi yang meminta)
meski berderak, berderik, tapi tak terserak
meski gempa tapi tak lantak
hidupku

hati sempat buta
mata nyalang mencari-cari
padahal cinta tenang-tenang di sana tak tercuri
takzim menunggu siapa yang berhak

sedang hidupku kini terpusat
tak ke mana-mana
hibernasi
menenang

Saat gempa melanda tanah Jawa ~ 04.04.11