Jumat, 27 Januari 2012

~ pasrah ~

matahari sedang terengah-engah mengejar waktu
agar hari tetap merah, bukan abu-abu seperti sekarang ini
padahal barangkali sesekali abu-abu pun tak mengapa kan?
matahari menolak
ia gengsi

saat kemudian ketika senja dengan gagah datang dari kejauhan
sang surya panik, merantak, menguat-nguatkan diri agar tetap terang
padahal barangkali sesekali mengalah pun tak apa, bukan?
ia geming
sedang senja tergelak

toh akhirnya mentari manut, saat bulan datang dengan genit, lembut, manja
seolah tahu hanya rembulan yang bisa mengalahkan
seolah tahu kini saatnya ego ia lepaskan
dan menimang pasrah, meninggalkan amarah
berserah
pada takdir, jodoh, cinta, apa pun namanya
rembulan

Jakarta, 27 Januari 2012

Selasa, 24 Januari 2012

~ tak tersisa ~

selalu mentertawakan pilu
termasuk juga berita yang kuterima pagi buta
mungkin terlalu cepat
mungkin justru waktu paling tepat
yang jelas semua jelas

padahal sudah kumanis-maniskan prasangka
agar tak terlalu kaget menerima
ternyata masih terlalu kecut
sangat kecut
hingga jantungku menggeliat carut marut

setengah mati kutenangkan hati
saking tenangnya hingga terlalu tenang
hingga membuatku tertawa untuk sebuah tangis
dan merasakan isinya meranggas
tak tersisa

Jakarta 24 Januari 2012

Rabu, 18 Januari 2012

~ kelana rindu pada bapak ~

menjejak kaki
menuju silam
wangi kopi
dan senyum
abu-abu

lah mengapa tak juga bayang
ketika luapan rindu menjalar hingga pintu kalbu
sakit
batin menjerit
tak jua bertemu

dan lunglai
kala jejak hilang diterpa kelam
sisakan gulita
sunyi
hanya gemerisik hati

dan bentang waktu
membekap
menghentakkan kelu
makin rindu
pada bapak

Jakarta, 18 Januari 2012
Foto terakhirku dengan bapak, sebelum beliau wafat tanggal 14 Januari 1972, 40 tahun silam.

Jumat, 13 Januari 2012

~ aku tahu kamu tahu ~

aku tahu kamu tahu
aku menanyakanmu pada rusuk-rusuk pagi
aku tahu kamu tahu
aku menunggu serpih-serpih lelahmu di malam hari
aku tahu kamu tahu
aku mendegap jantung membaca namamu terlukis di mega jingga
aku tahu kamu tahu
aku menyulam doa di dini hari yang beku, dan sebut namamu
aku tahu kamu tahu
aku melarung ikhlas pada laut lepas semua anganku tentangmu
aku tahu kamu tahu
aku terbang sendirian di dalam jiwamu dan menunggumu bahagia
aku tahu kamu tahu

Jakarta 13 Januari 2012

  ~Picture courtesy of  S.Shinta Utami~

Rabu, 11 Januari 2012

~ rampai doa tentang kalian ~

pada akhirnya hanya ada aku dan wanita-wanita muda ini
saling melingkarkan hati hingga rapat tak terlepaskan
sampai malam tak lagi gelap, siang tak lagi terang
setia merapal doa-doa utama untuk wanita-wanita utama
aku, kalian

"Tak gadhang bisa urip mulya
Dadiya wanita utama
Ngluhurke asmane wong tuwa
Dadiya pandekaring bangsa"

menjadikan doa kendara dunia yang kusemai di setiap lubuk
dalam tuangan indah berampai pernik
menjadikan doa pegangan akhirat yang kupintal dengan khusuk
dalam setiap hela nafas dan menjelma cinta
aku, kalian

dan ketika sinar matahari masih belum tega menyentuh tanah
geliat kehidupan menyembul di sudut-sudut rumah ini
menjadikannya semerbak
seolah menyerta doa tadi malam 
tentang aku dan wanita-wanita muda yang hidup di dalamnya
kalian, kita

Jakarta, 10 Januari 2012
"Terimakasih masé Dimawan Krisnowo Adji (DKA) yang telah menuangkan lagu Tak Lelo Ledhung (Cipt. Markasan) dalam aransemen yang sangat memikat hingga menjadi inspirasi puisi ini. Matur nuwun juga atas doa dan semangatnya :)"

Minggu, 08 Januari 2012

~ dungu ~

Untuk sahabatku, mas Ismansyah

Pagi ini kita bertengkar. Untuk sesuatu yang sepele sebenarnya, atau mungkin bisa dibilang karena salah paham. Aku salah memahamimu, kamu salah memahamiku. Akibatnya bisa kuduga. Dunia langsung senyap. Blackberryku senyap,akun twittermu apalagi. Rasanya hampir setiap detik kutengok alat komunikasi itu hanya untuk mengecek jangan-jangan sebenarnya ada notifikasi BBM, namun aku tidak dengar. Tapi hanya nihil yang kutemui. Malah berbagai macam broadcast messaging tak penting dari beberapa teman berpendar-pendar minta dibaca. Huh!
Kamu bagai menghilang dengan segala kemarahanmu. Aku bingung dengan segala kedunguanku.

Sabtu, 07 Januari 2012

~ menghabiskan sabtu ~

rasanya tak mungkin berkelit darimu hari ini
senyata engkau sudah duduk tenang di terasku
membawa senyum menenteng tawa
padahal sederas-deras hujan di luar sana
mengkuyubkan kering
membasahkan dahaga

"ayo!", ajakmu
aku bertanya-tanya, demi misteriusmu yang selalu kau bangga
"kan kubentangkan cerita dahsyat hanya untukmu"
entah mengapa aku manut, merunut langkahmu, menebus genangan tanya
lantas berdua menghadapi cangkir-cangkir kopi panas
sepanas ceritamu tentang cinta, kegetiran, pahit, manis, tangis

hingga senja mengetuk pintu, kita masih asyik mengupas hati
mengendalikan tangis yang tak tahu diri di dalam hati
dan berjuta-juta andai berpendar-pendar menyesakkan mata
gumammu "Suerte que sentí lo que sentí" bersaingan dengan hujan 
hingga harus kutajamkan rasa, kuasahkan telinga
agar aku mengerti
dan aku mengalah

dan lalu malam

Jakarta 7 Januari 2012 ketika Sabtu habis bersamamu

Rabu, 04 Januari 2012

~ ntms ~

cinta padamu itu sederhana
sesederhana sepiring nasi panas
dengan lauk dua tempe goreng dan sambal bawang
sederhana tapi kaya

memahamimu itu mudah
semudah memaknai kesederhanaan nasi tempe plus sambal bawang tadi
sangat personal
aku, kamu

merindukanmu itu nikmat
senikmat kantuk bertemu tidur siang setelah berkah makan yang cukup
iya, rindu itu berkah
jika hanya padamu

lalu mengapa manusia mempersulit perasaannya?
berbelit lidah
berkelu rasa
kalau hendak bersyukur saja menunggu habisnya masa?
menunggu terlambat?

Jakarta 4 Januari 2011 dalam solilokui-ku

Senin, 02 Januari 2012

Sa'Unine String Orchestra - Kara

Kaitan entri : bercakap-dengan-takdir
Komposisi : Masé Dimawan Krisnowo Adji
Solo Seruling : Saat Borneo

Sa'Unine String Orchestra - Kanaya

Kaitan entri : bercakap-dengan-takdir
Komposisi : Masé Dimawan Krisnowo Adji
Saxophone : Oni Krisnerwinto

~ kunamai ia ~

kunamai ia subuh
yang selalu tepat waktu lalu menunggu 
sebagaimana ia merindukan doa
setelah malam-malam yang penat

kunamai ia fajar
yang setia mengangkat gelap dari senyap
dan menundukkan pagi agar menyerah
menundukkan hati

kunamai ia bintang
yang dengan diam memberi terang
walau sendirian tak pernah gentar
tanpa pamrih

kunamai ia waktu
runut berjalan tak kenal lelah
mendera sepi, menangkup ramai
menjanji jujur

kunamai ia : engkau

Jakarta 2 Januari 2012 dalam mendung