Kamis, 31 Maret 2011

~ masa lalu itu bernama engkau ~

engkau adalah masa lalu
bagian yang berkotak-kotak abu-abu
dan tak pernah benar-benar hitam
atau putih

engkau adalah masa lalu
membiaskan ego menuju kehampaan
tak bercita-cita
tak ada harapan

masa lalu mengais masa kini
menggelayut hingga ujung gelap tak bertepi
tapi selalu gagal menjadi terang
kunamai ia : engkau

saat kakiku mulai tersaruk-saruk menyeret masa lalu
maka harus kutinggalkannya
dalam gorong waktu
dan menyuruhnya diam

Jakarta 31 Maret 2011

Selasa, 29 Maret 2011

~ ujian ~

dan hidupku adalah ujianku
setarik nafas
sejengkal langkah
sedepa keputusan

dan Ia meniupkan asa di setiap pemikiran
menghadapi ujian adalah harapan
harapan untuk ujian yang meluluskan
kapan?

maka hidupku adalah ujianku
setarik nafas
sejengkal langkah
sedepa keputusan

jika janji usai tunai
selesailah ujian den jalankan
dan nilai sempuna diri dapatkan
itulah kapan

Jakarta 29 Maret 2011

Jumat, 25 Maret 2011

~ saat awan gagal jadi hujan ~

maka cinta pun menggelinding makin jauh
tak terjangkau
walau terpaksa pun
lepas

gagap menggapai remah asa yang tertinggal
meraih baunya yang menggumpal
merah bagai darah
mungkin marah

melepas segala ingin cepat-cepat
agar hati luput berlumut
kecewa namun lega
begitu jika Tuhan belum berkata iya

Jakarta 25 Maret 2011

Rabu, 16 Maret 2011

~ tanya ~

kelokan malam sudah terlihat nyata di depan mata
malah kau ringkukkan hatimu pada senyap
membiarkannya bersenyawa dengan pahit
lalu apa yang kau mau dariku?

sementara aku berkoar tentang kebebasan
mencairkan beku yang serupa hitam
dan kubiarkan menjadi putih
kau di mana?

kini mengiba bagai lara kau pinta secuil hatiku
agar apa entah aku berkawan tanya
semua tentang kamu memang penuh tanya
dan aku lelah

Jakarta, 16 Maret 2011










Selasa, 15 Maret 2011

~ menjaga mimpi ~

betapa engkau menjadi bintang tadi malam
terang benderang bertarung gelap
dan menang

labirin hatiku pasrah kau jelajahi
hngga aku tak mampu lagi membendung
lalu nafsu

demi sebuah mimpi yang menjadi jaga
aku nyanyikan senandung doa
menusukkan nyata

Jakarta 15 Maret 2011

Selasa, 08 Maret 2011

~ soliter ~

rumpun ilalang itu duduk bersamaku
memandangi hamparan Lai Tarung yang dinginnya menggigit kulit
apa yang kau pikirkan? tanyanya
aku memilih bisu sebagai jawabku

ah kau selalu begitu, desaknya berderik-derik
aku menemanimu, dan kau diam saja
aku seolah  budheg, malah mencumbu desau angin yang berebut perhatianku
tidak harus kuucap kan? sanggahku

hatiku ini ada tuhanku di dalamnya
dan aku senang bercakap dengannya
kurasa, siapapun tak bisa menggantikannya, bukan?
kau tergelak...bodoh, tentu saja tak

jadi, aku tidak kesepian, kawan, jelasku
aku sibuk
kalau engkau hendak paling
aku tak menghalang

desau angin makin ribut mencari kerling
sedang mataku penat, kulitku berkerut-kerut
otakku menggasing
walau soliter

Lai Tarung dalam angan, 8 Maret 2011

Senin, 07 Maret 2011

~ menigabelas ~

terasa masih seperti kemarin
tangismu meluluh-lantakkan bumi
berebut buku, boneka, pensil, apa saja, dengan mbakyumu
betapa senggukmu mencincang kalbu
walau kadang aku susah sabar

selain tangis, sepanjang masa kecilmu
adalah diam
kemana kau pergi, berkarib ia
bahkan tak jarang menjadi jawara
menguasai(mu)

tapi sejujurnya aku yakin
hatimu ramai riang gembira
penuh tanya, jawaban dan kesimpulan
penuh pikir, renung dan permakluman
hatimu sebenarnya sedang menguasai dunia

kini, jejak kemarin masih nyata di tanah yang selalu berdenyut
dan terang terbentang jalan panjang yang mungkin lurus, mungkin berliku
yang bernama kehidupan
genggamlah, sambil senyumi
tegakkan punggung, melangkah dengan ringan hati
berikan terbaikmu

Tigabelas tahun lalu, dan bentangan masa depan,
Rahayu Jasmin Paramita Abikusno, selamat milad, 
Kiranya Allah SWT selalu melindungimu dalam suka dan duka...


Jakarta 7 Maret 2011

Sabtu, 05 Maret 2011

~ cintamu adalah... ~

benda itu di dalam mulutku
meletuskan isinya dan memenuhi ruang di luarnya
manis, melangitkan rasa
lalu menyisakan gemas
lantas kau desahkan suaramu yang berat
mengganggu nikmat yang menggelinjang ujung lidahku
"jawablah...."
ku jawab dengan mulut yang masih mengerjap
"terserahlah..."

aku tak peduli matamu yang bagai loncat
"sungguh...?"
lalu mulutku sibuk lagi
mencari-cari sensasi
dan memaksa geligi merajam geliatnya
aku menatapmu
"cintamu seperti klepon ini"
kamu tergelak
"meledakkan rasa", tuntasku

aku serius.

Malam Minggu di suatu tempat di Jakarta, 5 Maret 2011