Kamis, 25 November 2010

~ aura ~

ditegur ku oleh guru bijak,
tentang cerita masa lalu hampir lapuk,
"rawat!", serunya hampir membentak,
aku jengah tertunduk...

andai ku mampu,
kan  kuputar ulang waktu,
kan kubasuh dosa,
andai ku bisa....

tadi malam kulihat wajahnya,
dengan lekuk tajam seperti biasa,
tapi kali ini tanpa suara,
lemah, tak sedigdaya dulu kala...

pagi ini kucium baunya,
kurasakan auranya,
betapa aku merindunya,
dia, yang ku panggil mama...

Al Fatihah untukmu dan bapak...
Jakarta, 25 November 2010

Ibuku, Moeharini Kamarwan (1927-2004)





Senin, 22 November 2010

~ ke mana perginya doa? ~

ke mana perginya doa?
jika berharap uang, yang datang utang...
jika pinta kemudahan, yang datang kesulitan...
jika doakan kesehatan, yang hampiri kesakitan...

jika kau tanya mengapa Tuhan tak kabulkan doa,
jangan kau paksa Ia ijabahkan doa,
jangan kau heran mengapa Ia abaikan doa...

tapi tanyakan seperti apa tubuhmu bicara,
tanyakan seperti apa hatimu berkata...

apa subuhmu menjelang dhuha?
apa dzuhurmu adalah sisa siangmu?
apa ashar-maghribmu berselang sedikit waktu?
apa isyamu terkantuk karena mengantuk?

jangan salahkan Tuhan,
jika kau kira bisa bebas berbuat dosa,
lalu bisa putihkan dengan umroh setiap tahun...

jangan salahkan Tuhan,
jika ayat suci kau jadikan mantera dan jampi...
surah Yusuf untuk anak lelaki cakap rupa,
surah Maryam untuk anak perempuan jelita,
surah Rahman untuk banyak rejeki,
entah surah apa untuk mudah jodoh,
entah surah apa lagi agar lancar urusan...

dan jangan salahkan Tuhan,
jika ayat-ayatNya menjadi isim dan jimat,
kantongi Qur'an mini ke manapun engkau pergi,
stiker ayat kursi di jendela atau di atas pintu,

jika titah Tuhan hanya beban,
jika urusan Tuhan hanya dagang,
jangan harapkan kecintaanNya akan datang....

aku merenungi kiriman teman di atas...
Jakarta 22 November 2010

~ doa panjang ~

baru saja kupilin doa panjang pada Tuhan,
saking panjangnya hingga ku tersengal:

aku

ingin

hidup

lebih

lama....



Jakarta 21 November 2010

Selasa, 16 November 2010

~ sua kedua ~

dini hari,
bahkan mataharipun masih lelap,
kupandang nafasmu lirih,
tak rela rasanya hari kulepaskan....

ini sua kedua kita,
sarat makna, minim sapa,
hanya pandang, melulu rasa,
juga asa yang banyak bicara....

memang Tuhan Maha Bercanda,
kadang tak sanggup aku menahan tawa,
bagaimana mungkin engkau rupanya,
setelah ke sana ke mari aku mencari, berkelana....

Jakarta, dalam pelangi nusantara....

Jumat, 12 November 2010

~ mengumpulkan keberanian ~

menunggu keberanian,
untuk mengakui kekalahan,
akan sebuah godaan iman,
dengan sekian dalih tentang kebisuan....

mengumpulkan keberanian,
untuk segera jumpai surga cinta,
namun hatiku (dan hatimu) berkata pelan,
tunggu dulu kawan, hingga aku bisa....

sekarang kuhitung nama Pemilikku dengan lapang,
dan mengakui bahwa aku baru saja membuat kemunduran,
setapak mundur ke belakang,
hingga datang sebuah kesempatan,
yang entah kapan...

Jakarta 12 November 2010 ternyata tak semudah yang kukira...








Kamis, 11 November 2010

~ rindunya kapuk randu ~

bergumpal mesra dengan kelopaknya,
bak belahan hati yang tak ingin pergi,
tertahan oleh tak terbilang asa,
yang mungkin terpilin dengan runtuhnya hati...

terbanglah dinda usah kau ragu,
gamit angin dengan pasrahnya semangat,
tunggu aku di sela mega sendu,
agar kita bisa bersatu lagi dengan nikmat...

lantas asa itu terberai dengan aroma cinta,
bagai genggaman dingin tanda tak terperi,
apakah bisa cerita indah mekar gembira?
bagai memori yang nyata kembali...


dari sebuah memori di bulan Januari 2009



Selasa, 09 November 2010

~ cerita tentang laki-laki tak berhati ~

sudah ku coba untuk mengenal,
seperti maumu,
lantas mengapa sejenak rasa jadi bebal?
padahal hati telah jatuh seperti katamu,

sia-sia kutahan semua rasa,
karena memang tak nikmat redam segala yang ada,
tapi mengapa kau ludahi hatiku,
saat ku telah redup mengalah menerimamu?

mungkin ini caramu memberi segala makna,
bahwa engkau laki-laki tahan dibanting asa,
sedang aku hanya bercakap dengan sejuta semu,
bahwa aku hanya lelucon di siang harimu...

sungguh aku lantak dalam sial,
berkali jatuh pada mudahnya ku percaya,
betapa ternyata cinta bak benang terpintal,
melulu berujung pada lenyapnya niscaya...

menyesal baru ku tahu engkau laki-laki nir hati...

Jakarta, 9 November 2010 


Jumat, 05 November 2010

~ j o g j a ~

rinduku

padamu

masih

seperti

dulu....

"tak kan usai"

Jakarta 5 November 2010, untuk Doddy Biwado dan Agung Widianto dan Fevriana Koestamayanti...







Kamis, 04 November 2010

~ paripurna ~

memang,
aku memang hanya slilit di sela hatimu,
nyelip,
enggak penting...

lalu,
makin terhenyak dengan laku pura-pura,
nyata,
aku sangat enggak penting...

lalu,
buat apa aku menunggumu?
sampai mati rasa aku mendambamu?
kalau untukmu aku enggak penting?

maka,
kusudahi rasa,
kututup birunya luka,
paripurna...

Jakarta, 4 November 2010

Rabu, 03 November 2010

~ cintaku adalah amarah ~

kisah ini pilu,
terdengar hingga pucuk randu di tanah gersang,
tentang cinta yang berlumuran madu,
tentang khianat dengan sejuta dalih usang...


kau bilang padaku kau cinta,
kau bilang padaku aku asa,
tapi rupa hanya abab bau bak wangi surga,
kau menggelutiku saat sama kau menggelutinya...


kisah ini tentang laki-laki yang tak setia,
tak pernah setia malah,
pada siapa pun ia bersama,
yang pada suatu kala ia bersamaku...


kini aku tak pernah puas,
tak pernah puas marah,
walau kucinta, m a s i h...
tapi ku tetap marah...


Jakarta, 3 November 2010...





~ bayang gelap itu ~

aku wanita di dalam gelap,
mengintip, membayang,
aku wanita bayang-bayang,
membayangimu, membayanginya...

aku wanita di balik randu,
di balik daun-daun gemerisik,
di antara wangi surga dan busuk neraka,
aku wanita di antara...

aku wanita yang hampir pekat dosa,
tapi semua laki-laki padaku mengiba,
mereka pikir aku candu,
padahal hanya padamu aku mau...

tapi sekali lagi,
aku hanya wanita di dalam gelap,
ciut mengintai, gemetar, berkawan resah,
waspada....

oktober 2010

~ akhir sebuah kita ~

dulu kuteriakkan pada malam sunyi rasaku padamu,
dan kau katakan pada ilalang liar aku belahan jiwamu,
lihat, baju kitapun sama, walau yang dibalutnya berbeda,
bahkan, bahkan sebelum kuucap salam, kau sudah amini seolah ku Raja...

betapa kita bagai selembar daun rangka sejajar,
apa yang kupikir, kau pikir juga,
apa yang kuingat, kau ingat juga,
aku, kamu, satu...

lama-lama aku begah juga, 
kelengketan itu rasanya sulit lepas,
kau ikuti aku hingga lipatan malamku,
membelit..bagai pulut...pahit...

sumpah,
aku masih sayang padamu,
tapi bisakah kau kurangkan kaitmu padaku,
dan kau akui aku bukan siapa-siapamu?

lalu jadikan kita laksana rel kereta,
seiring, sejalan, setujuan,
tapi tak pernah bersimpangan,
kita adalah kamu dan aku
terpisah...

Nun jauh dari mataku, September 2010




~ kamu adalah apa yang aku mau ~


kamu adalah apa yang aku mau,
katamu...
di sela resahku yang menggunung,
di antara sengalku atas rasa yang berbatas asal...

kamu adalah apa yang aku mau,
bisikmu...
membata, serak, nafsu,
dahsyat guyur bekuku, seketika...

lalu siang ini kubilang : aku mau, 
dalam lenguh lirih,
dalam gegap pinta,
dalam harap tak berhorizon,
karena kamu pun adalah apa yang aku mau...

Oktober lima yang mendung...
and there's always the first time of everything.


-----

aku berpura engkau kekasih hidup matiku,
karena puraku sebangun dengan harapanku,
aku berangan kau selalu di sampingku,
karena anganku serupa dengan mimpiku....

kusemai semua bilik hatiku dengan bungah,
bungah karena engkau berkembang di dalamnya,
namun mengapa jangkauku tak jua menyetuh wangimu?
bahkan diam berkelambu bening kaca?

kini puraku sebangun dengan gundahku,
dan anganku serupa dengan resahku,
aku menangis takut kehilangan alang kepalang,
terkaram sadar kali ini cinta menguasa...

{ padahal hanya masalah waktu katamu, kan kita lepas genggaman itu }

GanCy 29.09.10

~ mungkinkah? (sebuah pertanyaan sederhana) ~

mungkinkah kusemai cinta di hatimu?
dan kugolakkan gairah smaradhana hingga kelokan malam berubah pagi?
mungkinkah kugenggam jemarimu sambil kubisikkan langgam cinta di dadamu?
dan kupetik semua rampai yang ada di dalamnya?

mungkinkah engkau orang terakhir yang memintaku dari pemilikku?
dan berpasang memintal benang halus bernama kasih setia?
mungkin ini hanya angan, mungkin asa, aku hanya bisa menduga,
mungkin pula hanya khayal yang berwujud hampa...

namun berjuta angan tetap silih berganti minta perhatian..
nampak hanya ada dua pemeran yang bergelinjang runut mengikuti skenarioNya..
akankah cerita ini tanpa akhir hanya berujung melulu bahagia?
aku hanya bisa mendoa, kuingin engkau juga, dan bersama menggenggam asa bernama cinta...

Jakarta, bulan khayal 2010...

~ asa ~

sedap malamku mencari mangsa malam ini,
mengitari rona-rona sepi,
berbelok mengikuti kelok sunyi,
bahkan menghujam dalam-dalam sampai magma bumi,
lalu lelah dia berputus asa,
menyandarkan pasrah tangkainya,
lunglai,
tak sadari bahwa sejujurnya ia berhenti pada satu kisi,
ceruk nyaman yang ia rindui,
tepat dan tak ingin pergi lagi,

di hatimu.....

Jakarta,tengah Syawal 1431H

~ pintaku ~

aku mengenalmu lama sekali, lebih lama dari kukenal diriku sendiri...
tapi kutepis lekas-lekas setiap ada geliat rasa ingin menyelinap relung hatiku,
entah mengapa...
mungkin karena takutku akan rasa yang tak terbendung,
atau karena aku tahu sampai di mana mampumu...

tapi kuberitahu sekali ini saja,
(seandainya nyawaku masih tergantung di tempatnya)
(karena aku tak tahu apakah esok hari masih sempat kubisikkan padamu)
bahwa telah kutipu nuraniku dengan serapah nalarku, dengan...
jutaan teori, ratusan ribu logika yang terukur,
hingga hatiku membusuk olehnya..

kekasih, maafkan aku yang telah bergulat hitam legamnya ketakutan,
dan terlena oleh buaian ayunan kemunafikan...
kekasih, yang kurindukan lebih dari usia cintaku padamu,
kini setelah kubuka borokku padamu,
masihkah ada waktuku?

Roemah Rempah, hari terakhir Ramadhan 1431H

~ selesai membaca ~

buku itu buku bekas, koyak sedikit di tiga sudutnya,
warnanya pun pudar tak jelas lagi apa,
dan saat aku menimangnya dan mulai membaca,
ia tampak sangat bercahaya...

kemanapun pergi kubawa ia,
bergairah kubanggakan bagai buku kehidupan jiwa raga,
dan memang membanggakan bagai cinta pertama,
aku gelagapan tenggelam mengeja setiap hurufnya...

empat ratus limapuluh lima jumlah lembarnya,
tiba pada lembar ke empat ratusnya, 
kuulangi lagi dari halaman pertama, begitu seterusnya,
serasa sayang mengintip bab pamungkasnya,

hingga lembar akhirnya rompal karena begahnya,
menungguku membaca akhir kisahnya,
aku mengalah, akhirnya kubaca jua,
dan usailah buku itu tuntas kucerna...

ternyata membaca hingga akhir adalah inginNya,
agar aku makin tahu rahasia kehidupan smaradhana,
mengerti bahwa tugas buku usangku hanya untuk dibaca,
bukan untuk mati kubawa...

kututup buku itu dengan sejuta syukur hamdallah pada Sang Kuasa...

Ibukota, kubaca buku itu dari 23 Januari 2009 hingga 2 Mei 2010

~ Seperti Inilah Cintaku PadaNya ~

Tahukah kawan, apa arti cinta?
Pernahkah engkau rasakan seperti apa cinta?
Pernahkah engkau terjatuh-jatuh karena cinta? Semua hanya dia, h a n y a dia.
Tak peduli suasana, tak peduli dunia, bahkan tak peduli norma..
Hati bergetar hanya dengan menggumam namanya, hijau jadi jingga, jingga jadi tak jelas lagi warnanya..
Karena dia.
Otak terasa berhenti berpikir dan hati seperti menguasai dunia.. Itulah cinta, pikir kita..

Aku sering merasakan cinta, dijatuhi cinta, menganggap cinta pada dan oleh manusia. Manusia yang sama manusianya denganku. Kadang buta, kadang silau, kadang lupa, kadang ingat. Manusia. Cintaku pada manusia membabi buta, tak kenal logika. Membungkam intuisi yang berteriak lantang. Dan aku sangat sering terluka, hampir mati rasanya saat manusia itu, manusia yang kucinta, manusia yang kurasa cinta aku, tiba-tiba pergi. Ingin bunih diri, tapi malu (kalau-kalau bakal jadi berita di televisi). Tapi jika tidak mati, rasanya tak kuat menahan segala rasa kecewa, marah,sangat runyak... Dan dunia serasa berhenti mendadak, gemetar seluruh raga, otak menyuruh segera menelan segala pil tak bernama. Cinta membunuh dengan riang...

Tapi itu dulu, saat aku muda jiwa, kosong iman, buta hati...
Kini aku sudah tahu arti cinta, aku sudah tahu kepada siapa aku mencinta dan kuyakin selamanya.
Cinta yang dulu kucari hingga lipatan magma bumi, yang ternyata tenang-tenang dia di sudut hatiku sendiri.
Cinta yang kini kuagungkan di tiap detik nafas yang kuhembuskan, di tiap detik udara yang kuhisap dari hidungku.Betapa bodoh aku mengejar cinta tak nyata kepada manusia, karena ternyata cintaku hanya dan hanya melulu padaNya.

Lebih dari duapuluh tahun aku membuang sia-sia waktu hanya untuk mengejar cinta manusia. Padahal nyata-nyata DIA di sana. Memanggil, menunggu, memanggil lagi, menunggu lagi. Sedang aku? Kututup rapat-rapat kedua telinga, hati dan mata..karena merasa bukan itu yang kupinta. Tiap malam aku mengiba padaNya agar aku diberi cinta..cinta manusia. Dan DIA menangisi kebodohanku. Namun DIA tetap menunggu, dan kadang memanggil lagi. Karena sifatnya yang setia. Tapi aku tetap buta...

Tapi semua itu sudah berlalu...
Karena kesadaranku menghentak awal tahun lalu. DIA rupanya terlalu sayang kepadaku. DIA cemburu. Maka DIA mengelus ragaku, elusan yang rasanya sungguh luar biasa dahsyat. Tidak pernah sekalipun aku merasakan elusan manusia yang menyamainya. Orang bilang aku sakit. Mereka berbisik-bisik menyebut aku kena kanker. Tahukah kawan, bahwa aku sedang disentuhNya? Bahwa itu tanda DIA cinta padaku? Karena DIA mau aku mendekatiNya, mendekatiNya...dan mencintaNya lebih dari apapun?
Setahun itu kulalui juga dengan suka duka, suka duka cinta manusia, dan DIA memperbolehkan aku merasakannya. Hingga akhirnya DIA menyadarkanku lagi bahwa cinta manusia bisa diukur, bahkan jika diukur olehNya tak lebih dari sekejap mata.. Dan DIAlah yang tetap menungguku mendekatiNya, lagi... Bahkan lebih dekat lagi, sedekat detak jantungku...

Kala cinta manusia meninggalkanku, mencampakkanku demi manusia yang lain, atau demi makhluk lain, rasanya dendam kesumat menguasai hati, ingin aku luluh lantakkan bahagia mereka dengan sakit hati yang kurasakan. Tapi DIA berbisik," Tidakkah kau lupa padaKU? Bahwa AKU mencintaimu lebih dari jutaan manusia mencintaimu. Bahwa kamu akan segera merasakan ketenangan luar biasa jika kau duduk menghadapKU. Menangislah jika kau ingin menangis. Karena tetesan air matamu akan KUganti dengan tetesan nikmat yang tak kan kau jumpai di toko manapun di seluruh dunia ini"

Aku termangu, dan aku ambil air wudhu untuk menenangkan pikiranku. Berpuluh ujung malam aku habiskan berkeluh kesah padaNya, tentang apa saja yang terlintas di kepalaku. Dan DIA menyimak dengan kehangatan yang tiada dua. Setiap tanyaku, DIA jawab segera. Setiap gundahku, DIA usap dengan kelembutan bagai salju. Setiap air mataku, DIA ganti dengan senyum bahagia..

Maka, kini kubertanya pada kalian, kawan.. Adakah cinta seperti cintaNya?
Maka, kini kubertanya lagi.. Dengan apa kuharus membalas cinta yang sedahsyat DIA punya?

Kuberitahu yang kurasa sekarang..
Jantungku berdebar setiap kumenyebut namaNya..
Tanganku gemetar saat kutengadahkan dan kuucap ratusan doa..
Air mataku jatuh bercucuran meminta ampun karena butaku selama ini..
Bahkan saat aku menulis catatan ini, air mataku tak berhenti mengalir.
Betapa aku mencintaiNya!
Di hatiku hanya ada DIA.
Aku sulit mengingat cinta manusia, yang kuingat hanya cintaNya. Aku jatuh cinta hebat padaNya.

Dan kuberitahu selanjutnya, bahwa aku tidak takut kehilangan kamu. Aku tidak takut cintamu padaku lenyap..
Aku tidak gentar saat kau bentak dan kau katakan bahwa kau tidak memerlukanku lagi.
Aku tidak peduli kau habiskan dengan siapa malam ini.
Aku bahkan tidak peduli kau ingat ataukah lupa padaku...

Aku hanya takut pada satu dan satu hal :
Aku takut DIA berpaling dan meninggalkanku. Hanya itu.

Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS At Taubah (9) : 24)


Jakarta, di ujung malam 20 April 2010..saat seseorang mempertanyakan seperti apa cintaku dan inilah jawabanku. 

~ Sakit ~

Allah memang Maha Mengetahui sedang kita manusia tidak tahu apa-apa.. Begitulah kehidupan kita diaturNya dengan cermat. Sakitmupun tak ada yang mengira, demikian juga kala kanker diam-diam mendekatiku dan menempelkan zatnya pada tubuhku kala itu. Saat semua serba indah, seketika semua terasa sirna...

Tapi disitulah letak keMAHAannya, Dia Maha Mengetahui segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini. Bahkan sehelai daun jatuh dari pohonnya-pun atas pengetahuanNya....dan perkenanNya. Sakit yang kita dapat adalah kemewahan yang Dia berikan pada kita, mahlukNya. Karena apa? Sakit adalah peluruh dosa. Bayangkan.. Dosa yang kita lakukan sudah tak terbilang, Dia usap dan maafkan dengan sakit yang sebetulnya tak seberapa dibanding dosa kita. Subhanallah....

Dan siapapu bisa sakit atau musibah dalam hidupnya, seperti firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi roji’uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ”. (QS. Al-Baqaroh : 155-157).

Sakit dan musibah yang menimpa seorang mukmin mengandung hikmah yang merupakan rahmat dari Allah Ta’ala. Imam Ibnul Qayyim berkata : “Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah. Namun akal kita sangat terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia dibawah sinar matahari. Dan inipun hanya kira-kira, yang sebenarnya tentu lebih dari sekedar gambaran ini”. (Syifa-ul Alil fi Masail Qadha wal Qadar wa Hikmah wa Ta’lil hal 452).

Dalam menyikapi sakit dan musibah tersebut, berikut ini ada beberapa prinsip yang harus menjadi pegangan seorang muslim :

1. Sakit dan Musibah adalah Takdir Allah Azza wa Jalla (Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (QS. Al-Hadid : 22).

“Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang melainkan dengan izin Allah” (QS. At-Taghaabun : 11).

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan semua takdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi”. (HR. Muslim no. 2653).

2. Sakit dan Musibah Adalah Penghapus Dosa

Ini adalah hikmah terpenting sebab diturunkannya sakit dan musibah. Dan hikmah ini sayangnya tidak banyak diketahui oleh saudara-saudara kita yang tertimpa musibah. Acapkali kita mendengar manusia ketika ditimpa sakit dan musibah malah mencaci maki, berkeluh kesah, bahkan yang lebih parah meratapi nasib dan berburuk sangka dengan takdir Allah. Nauzubillah, kita berlindung kepada Allah dari perbuatan semacam itu. Padahal apabila mereka mengetahui hikmah dibalik semua itu, maka -insya Allah- sakit dan musibah terasa ringan disebabkan banyaknya rahmat dan kasih sayang dari Allah Ta’ala.
Hikmah dibalik sakit dan musibah diterangkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dimana beliau bersabda:
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”.
(HR. Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571).

“Tidaklah seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya”. (HR. Bukhari no. 5641).

“Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya”. (HR. Muslim no. 2573).

“Bencana senantiasa menimpa orang mukmin dan mukminah pada dirinya, anaknya dan hartanya, sehingga ia berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada kesalahan pada dirinya”.
(HR. Tirmidzi no. 2399, Ahmad II/450, Al-Hakim I/346 dan IV/314, Ibnu Hibban no. 697, dishohihkan Syeikh Albani dalam kitab Mawaaridizh Zham-aan no. 576).

“Sesungguhnya Allah benar-benar akan menguji hamba-Nya dengan penyakit, sehingga ia menghapuskan setiap dosa darinya”.
(HR. Al-Hakim I/348, dishohihkan Syeikh Albani dalam kitab Shohih Jami’is Shoghir no.1870).

“Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, melainkan ditetapkan baginya dengan sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu kesalahan darinya”. (HR. Muslim no. 2572).

“Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api neraka”. (HR. Al-Bazzar, dishohihkan Syeikh Albani dalam kitab Silsilah al Hadiits ash Shohihah no. 1821).

“Janganlah kamu mencaci-maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan menghapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi”. (HR. Muslim no. 2575).

Walaupun demikian, apabila seorang mukmin ditimpa suatu penyakit tidaklah meniadakan usaha (ikhtiar) untuk berobat. Rasulullah shallalllahu alaihi wa sallam bersabda : “Allah tidak menurunkan penyakit melainkan pasti menurunkan obatnya”. (HR. Bukhari no. 5678).

Dan yang perlu diperhatikan dalam berobat ini adalah menghindarkan dari cara-cara yang dilarang agama seperti mendatangi dukun, paranormal, ‘orang pintar’, dan sebangsanya yang acapkali dikemas dengan label ‘pengobatan alternatif’. Selain itu dalam berobat juga tidak diperbolehkan memakai benda-benda yang haram seperti darah, khamr, bangkai dan sebagainya karena telah ada larangannya dari Rasulullah shallalllahu alaihi wa sallam yang bersabda :
“Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan janganlah berobat dengan yang haram”. (HR. Ad Daulabi dalam al-Kuna, dihasankan oleh Syeikh Albani dalam kitab Silsilah al Hadiits ash- Shohihah no. 1633).

“Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan kalian pada apa-apa yang haram”.
(HR. Abu Ya’la dan Ibnu Hibban no. 1397. Dihasankan oleh Syeikh Albani dalam kitab Mawaaridizh Zham-aan no. 1172).

“Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan penyakit kalian pada apa-apa yang diharamkan atas kalian”. (HR. Bukhari, di-maushulkan ath-Thabrani dalam Mu’jam al Kabiir, berkata Ibnu Hajar : ‘sanadnya shohih’, Fathul Baari : X/78-79).

3. Wajib Bersabar dan Ridho Apabila Ditimpa Sakit dan Musibah

Apabila sakit dan musibah telah menimpa, maka seorang mukmin haruslah sabar dan ridho terhadap takdir Allah Azza wa Jalla, dan harapkanlah pahala serta dihapuskannya dosa-dosanya sebagai ganjaran dari musibah yang menimpanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi roji’uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ”. (QS. Al-Baqaroh : 155-157).

Dalam beberapa hadis Qudsi Allah Azza wa Jalla berfirman :
“Wahai anak Adam, jika engkau sabar dan mencari keridhoan pada saat musibah yang pertama, maka Aku tidak meridhoi pahalamu melainkan surga”.
(HR. Ibnu Majah no.1597, dihasankan oleh Syeikh Albani dalam Shohih Ibnu Majah : I/266).

Maksud hadis diatas yakni apabila seorang hamba ridho dengan musibah yang menimpanya maka Allah ridho memberikan pahala kepadanya dengan surga.
“Jika anak seorang hamba meninggal dunia, maka Allah akan berkata kepada malaikat-Nya : ‘Apakah kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku?. Para Malaikat menjawab : ‘Ya, benar’. Lalu Dia bertanya lagi : ‘Apakah kalian mengambil buah hatinya?’. Malaikat menjawab : ‘Ya’. Kemudian Dia berkata : ‘Apa yang dikatakan oleh hamba-Ku itu?’. Malaikat menjawab ‘Ia memanjatkan pujian kepada-Mu dan mengucapkan kalimat istirja’ (Inna lillaahi wa innaa ilaihi roji’un). Allah Azza wa Jalla berfirman : ‘Bangunkan untuk hamba-Ku sebuah rumah di surga dan namai dengan (nama) Baitul Hamd (rumah pujian)’.” (HR Tirmidzi no.1021, dihasankan Syeikh Albani dalam Shohih Sunan Tirmidzi no. 814)

“Tidaklah ada suatu balasan (yang lebih pantas) di sisi-Ku bagi hamba-Ku yang beriman jika Aku telah mencabut nyawa kesayangannya dari penduduk dunia kemudian ia bersabar atas kehilangan orang kesayangannya itu melainkan surga”. (HR. Bukhari).

“Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung berfirman : ‘Jika Aku menguji hamba-Ku dengan dua hal yang dicintainya (yakni menjadikan seorang hamba kehilangan dua penglihatannya/buta) lalu ia bersabar maka Aku akan menggantikan keduanya dengan surga”. (HR. Bukhari).

Rasulullah shollallahu alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah menyukai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridho maka baginya keridhoan, dan barangsiapa yang murka maka baginya kemurkaan”. (HR. Tirmidzi no. 2396, Ibnu Majah no. 4031, dihasankan Syeikh Albani dalam Shohih Sunan Tirmidzi II/286).

Hikmah lainnya dari sakit dan musibah adalah menyadarkan seorang hamba yang tadinya lalai dan jauh dari mengingat Allah -karena tertipu oleh kesehatan badan dan sibuk mengurus harta- untuk kembali mengingat Robb-nya. Karena jika Allah mencobanya dengan suatu penyakit atau musibah barulah ia merasakan kehinaan, kelemahan, teringat akan dosa-dosa, dan ketidakmampuannya di hadapan Allah Ta’ala, sehingga ia kembali kepada Allah dengan penyesalan, kepasrahan, memohon ampunan dan berdoa kepada-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri”. (QS. Al-An’aam : 42).

Sakit dan musibah merupakan pintu yang akan membukakan kesadaran seorang hamba bahwasanya ia sangat membutuhkan Allah Azza wa Jalla. Tidak sesaatpun melainkan ia butuh kepada-Nya, sehingga ia akan selalu tergantung kepada Robb-nya. Dan pada akhirnya ia akan senantiasa mengikhlaskan dan menyerahkan segala bentuk ibadah, doa, hidup dan matinya, hanyalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.

“Syafakallah syifaan ajilan, syifaan la yughadiru ba’dahu saqaman.” Semoga Allah menyembuhkanmu secepatnya, dengan kesembuhan yang tiada sakit setelahnya...amin.

 Jakarta 5 April 2010 02.10
*terimakasih kpd ihwansalafy.wordpress.com atas intisarinya*

~ aku, kamu, dan purnama ~

semalam aku menunggumu,
seperti malam-malam sebelum tadi malam,
tapi berbeda kala pagi menjelang wungu,
aku ditemani purnama luna yang tak kelam,

bulat, sempurna..
sesempurna cintaku padaNya,
yang memilikimu, jiwa raga,
yang menggenggam rasamu, rasa cinta...

engkau yang kutunggu dengan tasbihku,
berseling rapalan cinta bersama dzikirku,
bisakah hati lurusmu mendengar wahai sang maja
dan mendendangkan asmaradhana?

aku masih menunggu lepaskan hak meminta,
karena rasaku telah kuserahkan paripurna padaNya,
Dia yang memilikimu mutlak,
maka aku hanya menunggu, lantak...

ibukota 29 april 2010, merdekaku hari ke 2..

~ majaku ~

kutemukan namamu sejurus hatimu dan cintamu,
di sudut hatiku yang riang semu,
semu karena sebenarnya kelu,
dan kau tahu itu...

kutemukan hatiku yang lemah karena cintaku padamu,
bergulat dengan baktiku yang kuserahkan nyata di atas pangkuanmu,
yang aku rebahi dengan cinta dalamku,
dan kau tahu itu...

lalu kutemukan nafsumu di seluruh peta tubuhku,
tubuh yang kepersembahkan hanya untukmu,
hingga kau lumat disemai hujan rindu,
dan kau tahu itu...

kunamai engkau majaku,
bagai tingginya, bagai durinya, bagai daun dan bunganya yang harum,
bagai obatnya karena memang engkau obatku,
obat rinduku pada Tuhanku...

kini hingga jauh,
kutemukan engkau masih majaku,
dan tak ingin kuganti dengan sesiapa yang mendatangiku,
karena cintaku telah kutancapkan pada bumiku yang hatimu,

...dan kau tahu itu...

Ibukota 1 Mei 2010, setahun setelah operasiku...

~ kuingin lupa ~

Demi Tuhanku yang Maha Cinta,
hanya ada Engkau dan dia...


kau ingin aku menyulam sabar,
dua belas purnama dari masa cinta,
namun perjalanan terhenti prasangka,
membelit seolah tanpa sisakan rasa...

kau ingin aku selesaikan perkara,
dan kini telah aku rampungkan cerita lama,
dua belas purnama dari janji surga,
namun semua menjadi sia-sia...

masih adakah angan seindah Naeruza?
atau hanya ada aku yang berkawan tanya,
jika cinta kita adalah karenaNya,
mengapa aku merasa akhir kita bukan karena DIA?

duh betapa kuingin lupa, tapi tak bisa...
Ibukota, 22 April 2010

~ rintih rindu ~

bukan aku jika tak mampu menahan rindu,
setelah tigaratusan hari kita senantiasa terpisah jarak,
dan bertemu di sela-sela daun cinta,
tapi akhirnya tahanku jebol lantak,

sesal berbilang cemburu yang runyak,
dan aku yang merugi,
karna kau bagai membungkam rasa,
masihkan aku bersantai di hatimu?

kuhitung per duapuluh empat jam,
agar segera bisa terbang ke dalam pelukmu lagi,
seperti dulu,
peluk rindu...


Jakarta, 22 Maret 2010

~ wanita di persimpangan ~

namanya sunarti
berjilab, mungkin untuk menutupi botaknya
mungkin juga karena Tuhannya
kulitnya gelap, tapi senyumnya memikat

bercerita dengan semangat tentang obat
sambil sesekali gigi putihnya berkilat
masih memikat,
kulihat dadanya rata sebelah
karena jahaman itu, pelan mendesah...

bercerita tentang juta terbuang
tentang ribu upaya
tentang kekasih setia
tentang anaknya yang cinta...

dia seperti aku
adalah wanita di persimpangan harap dan pasrah
dia seperti aku
akan bertahan selama kami bisa...


untuk berjuta wanita yang berlawan kanker di luar sana
RSPP 20.11.09

~ cegek ~

kukira aku nomor satu,
aku lupa ada skala di sana,
urutan turun mendadak tidak di satu,
barangkali lima atau dualima...

kutelan fakta sekarang,
nyata sudah semua tak lagi indah,
dan hakku tak bisa berang,
harapan mendadak lenyap sudah...

kuserap semua semoga bukan bohong,
agar yang terjadi bukan kesiaan,
terimakasih kau buat hatiku bolong,
lengkap sudah cinta tenyata bukan teman...

"sumpah cegek!"

*Cegek adalah bahasa Jawa dialek Surabaya yang artinya kecewa

~ sajak cinta sabtu sore ~

sambungku pada tanya cintamu,
iya..aku cinta padamu,
cinta pada seluruh lekuk tubuhmu,
yang harum laksana bunga melati bersemi pagi-pagi..
cinta yang tak'kan padam oleh guyuran amarahku,
pun semburan cemburuku...

sambungmu pada jawabku,
cintaku lebih dari cintamu,
cinta walau kau tinggal aku tertidur pulas setelah kita lelah bercinta,
cinta pada amarahmu,
pada cemburumu..

engkaulah kekasih yang melumat habis rasaku,
menggelinjang diam-diam tak sesuarapun,
menghias malam-malam ku sendiri,
engkaulah kekasih yang selalu menemani,
saat aku menyemai bulir kecewa dalam-dalam..

akankah cinta kita berjalan bersama menembus gelap mega? tanyaku,
bijak kau senyum bak menahan rasa,
usah panjang tanya, jawabmu,
ikuti saja semua keloknya,
di ujung sana Tuhan meridha..

Sabtu sore kala menemanimu di tengah tahun 2009

~ nul ~

kala kami tidak saling menyetuh,
raga apalagi hati,
maka tak ada lagi yang harus dilayakkan,
jasadku mati, apalagi hati..

dan hadirnya lelaki pujaan di seberang jalan,
seakan menciptakan cinta,
padahal hanya fatamorgana berjumlah jutaan,
maka duli aku menjanda,

menjadi janda pada tiang-tiang bisu,
menjadi janda pada entah hati siapa,
hingga aku kawini monyet-monyet tak berhati,
bukan laki-laki, kera iya...

Untuk sahabatku "H", bekallah kesabaran, maka kau akan menang...
Jakarta, 17 Juli 2009 - tragedi Kuningan II

~ cemburuku menyerah ~

saat benih mulai tumbuh merunyak rahimku,
rahim yang kau bilang sarang cinta,
lalu aku menggelinjang nikmat,
sampai kapan? desah jantungku...

sampai kau aliri sawahnya yang kering,
supaya kematian tidak menyentuhnya, dalihmu..
aku meludah ujung kakimu diam-diam,
walau rahimku masih berdenyut...

rupa tak kenal cinta,
engkau memilihnya bukan aku,
dan aku tertinggal tertatih menahan geram,
marah tapi aku menyerah...

dari ujung Benoa, tigajuliduaribusembilan

~ ragu ~

usah kau tanyakan lagi cinta tersisa,
sebaiknya tanya jiwamu apakah gelinjang itu ada,
sewarna swarga yang merunak dalam-dalam,
di hatiku menari...

karena,
karena cintaku tumpah ruah di dalammu,
yang mungkin belum kau nyana gegapnya,
mungkin belum kau dengar guruhnya..

kekasihku,
penghuni mimpi, pengisi cita, pengukir harap,
sekarang bukan waktu tanya,
sekarang waktu jawab..
kutunggu...

TPR, 21 Juni 2009
untuk segenap sahabat yang malu-malu mengakui cinta, percayalah cinta itu indah...

~ bisikmu ~

jengah keliaran butir pasir itu,
menyelinap kasar di sela jari gemukku,
risih aku merasa kamu ada,
resah hati bilangan kira...

hanya satu sih,
tapi terasa,
kenapa aku jadi gelap mata?
hanya karena satu kamu?

bertanya aku pada usapan lembut air laut,
pada kepak daun kelapa kering,
pada angin yang mencumbuku ringan,
pada bintang yang muncul belakangan,

mengapa ia ada di sana,
santai tak mau pergi?
dia menjawab,
karena AKU..

karena AKU ingin berbisik kepadamu, katanya
namun kau tak jua mendengar nadaKU,
supaya kamu tahu,
betapa AKU mencintaimu,
maka AKU ada di sela jari gemukmu..

*hari pertama di bulan Mei 2009*



Note : Puisi ini  saya buat untuk mengenang tanggal 1 Mei 2009, hari yang takkan terlupa, saat saya  menjalani operasi pengangkatan sekaligus rekonstruksi payudara akibat kanker stadium 3B. Hingga kini, "as you can see" saya baik-baik saja. Ayo., para wanita selalu waspadalah terhadap kesehatanmu sendiri!

~ cemburuku ~

tiba-tiba aku buta,
bola mataku mencelat, menggelinding, menjauh,
dan tak lama ia mengejekku,
r i a n g.....

kelu aku mengibanya untuk kembali,
malah yang kuterima hanya julur lidahnya,
yang h i t a m,

sesalku bercampur darah mendidih pada derajat tertinggi kutekan dalam-dalam,
kurayu, kupanggil mengiba serak mataku itu,
tapi dia tetap menggeleng p e l a n...

susahnya kala cemburu harus kutelan mentah-mentah,
sejuta usaha lembut sampai kasarpun sudah,
namun ia t e t a p mengganjal di sana...

dan butanya mata hatiku,
menjerumuskanku ke dalam gelombang sangka,
yang tak kunjung sirna...

berhentilah mengusikku, cemburuku!

Jakarta, April 2009