memang,
aku memang hanya slilit di sela hatimu,
nyelip,
enggak penting...
lalu,
makin terhenyak dengan laku pura-pura,
nyata,
aku sangat enggak penting...
lalu,
buat apa aku menunggumu?
sampai mati rasa aku mendambamu?
kalau untukmu aku enggak penting?
maka,
kusudahi rasa,
kututup birunya luka,
paripurna...
Jakarta, 4 November 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar