Selasa, 06 November 2012

~ tersita rasa ~

hatiku bertumpuk rindu
berdesak-desakan dengan malu
dan pilu yang teramat sangat
dan lidahku terlalu kelu untuk sekedar menyebut namamu
ah!

Jakarta, dalam curah hujan di bulan November 2012

Sabtu, 25 Agustus 2012

~ pantaskah rindu?~

api itu tak pernah padam, katamu
walau berjuta tahun melipat ribuan peristiwa
aku akan tetap menjadi sumbu yang terbakar oleh pendarmu
tidak akan pernah tidak, katamu
pasti

kepastianmu itu membawaku tenggelam ke dalam pusaran yang tak pernah henti
pusaran yang bernama memori
bernama nafsu
adakah cinta?
dan naik derajat menjadi kasih?
tak pasti

dan demi nafsu yang demikian meruntuk nurani
aku kembangkan rindu yang melingkar jiwa
dan mewarnai sumbu tadi menjadi merah membara
lalu kudengar desahmu yang serak
mendamba

dan pertanyaan selanjutnya adalah : lalu?
akankah kau bawa rindu ini 'tuk menjurakan rasa?
yang eka?
pantaskah rindu?
sudahkah cinta?

Jakarta 25 Agustus 2012

Selasa, 07 Agustus 2012

~ jumawaku ~

di halaman rumahMu yang terang benderang oleh cahaya cinta
aku menggelepar, nyaris mati karena getar hati
dalam carut marut jiwa yang sulit digambarkan
aku mengais cinta yang tak mungkin tinggal sisa-sisa
aku dan Tuhanku yang selalu cinta, walau aku kadang lupa
bahkan dalam ibadah-ibadah yang terlihat khusyuk
aku sering munafik
tapi Tuhanku tak pernah tak mengerti
dengan segala kemafhumanNya yang tak terbayangkan

lalu aku hanya bisa menangis dan menghentakkan hati pada bumi
sambil bertahan keras kepala agar selalu terlihat tegar
padahal rapuh bukan main
berlumuran dosa-dosa yang tak termaafkan manusia
bermandi maksiat yang mengucur deras detik demi detik
semua itu bagai film berputar berulang-ulang di dalam otak kosong ini
lalu apa yang kubanggakan dari ibadah-ibadahku ini?
aku dan jumawaku yang kering kerontang
nol kosong

Makkah, Juli 2012



~ serpihan memori ~

jarak ribuan mil itu saling terpaut
dalam gelut cakap yang intens mengerucut
menyemangati dengan caranya sendiri
kamu dan serpihan-serpihan memori
tentang cerita ayah dan anak lelakinya

jarak ribuan mil itu saling mengikat
dalam keliaran kata yang liat
menderapkan degup jantung dengan bahasanya sendiri
aku dan serpihan-serpihan memori
tentang bentang waktu dan rasa yang pekat

4955 mil itu terasa sangat dekat
sedekat getar dua hati yang sulit mengelak
dan bahkan deskripsinya pun kami jengah
ah sudahlah, demi kami yang sudah menua ini
hanya ini yang kami punya

Jakarta Jeddah dalam SLJJ 

Senin, 06 Agustus 2012

~ Mukkaddimah Cinta ~ (karya Emha Ainun Najib)

kakimu tak berhenti melangkah sampai serasa nyodok cakrawala,
tapi hatimu diam bertapa, disemayami oleh Allah Azza wa Jalla,

tangan bergerak dan terus bergerak sampai gunung-gunung dipeluknya,
tetapi qolbu bisu bersila di gua rindu kepada sumber segala cahaya,
akal pikiran bergolak mengembarai benua-benua,
sulthon yang ditanamkan di dalam inti ruh manusia, menembus ke dalam bumi, menguak batas-batas langit,

tetapi Fuad, Fuad, Fuad menginti ke zarah cinta, nyawiji, mewahid dengan sangkan paran cahaya tauhid

dunia menjadi racun, bumi penuh bisa, tanah menjadi sawah ladang kehancuran,

udara dihisap oleh nafsu menjadi partikel-partikel kebodohan massal,
tapi hatimu terus bersujud,
hatimu terus dan terus bersujud, dituntun oleh kerinduan kepada Sang Maha Wujud
Jiwamu terus bersila, bertapa, karena engkau adalah salik sejati
yang merdeka dari penindasan dunia yang maya,
karena engkau adalah pejalan cinta
yang bebas yang bebas dan sanggup mengatasi segala fatamorgana 

Jakarta 4 Agustus 2012 diambil dari album masGus Candra Malik

Senin, 30 Juli 2012

~ kejutan dari Tuhan ~

nampaknya Tuhan sedang senang memberiku kejutan
diberiNya aku perjalanan
dihadiahiNya aku pertemuan
diendapkanNya pikirku dengan keikhlasan

semua bukan tak kejutan
karena sesungguhnya aku sangat penyanjung terapan
andai hariku bisa mengeluarkan suara
barangkali terdengar ngakak yang pekak

dan kini ketika kejutan pamungkas itu datang
terpekurlah aku dalam keliman tentang
bukan untukku kau, bukan untukmu aku
sampai tiba titah Tuhan
pamungkas, ya, pamungkas
k i t a

Jeddah, Juli 2012

Minggu, 29 Juli 2012

~ sesaat ~

memori berkelibatan sesuka hati
malah cenderung kasar dan tak tahu diri
melipat emosi, menekuk lembaran nyata
jadi harap yang tak berkesudahan :
suaramu

Jeddah, 20 Juli 2012

~ rebutan berkah ~

kali ini aku mengalah
berduel dengan jutaan wanita berkerudung gelap, berbadan bongsor,
itu tidak mudah
berduel keluar masuk rumahMu yang dahsyat megah
kalau bukan karenaMu, tak mungkin kulakukan itu
tapi toh akhirnya aku mengalah
mlipir

mlipir pun susah
karena badanku yang tak sebanding dengan tubuh mereka
menyodok, menyikut, mendesak, melotot
aku takut
sampai lupa pada siapa seharusnya aku takut
aku terlalu sayang pada tubuhku, kakiku, hatiku
mlipir pun susah

dalam gelombang berjuta tubuh tambun mengumpat
aku tercenung
mereka semua ini pasti sangat mencintai Tuhan
anggap ibadah bagai perang, entah melawan siapa
mungkin diri mereka sendiri
sampai-sampai berpikir pemenanglah pilihan Tuhan
pemenang rebutan berkah

Madinah, 24 Juli 2012

Minggu, 29 April 2012

~ kenangkanlah ~

baru saja kujumpai engkau dalam pertemuan singkat
satu di antara pertemuan-pertemuan yang hampir semuanya sengaja
kecuali yang pertama kali
yang dalam kekakuan teramat sangat

dan lalu, pada puluhan bahkan mungkin nyaris seratus pertemuan
pintamu selalu sama dan jawabku tak pernah berbeda
kita dalam kemuskilan yang nyata
hanya tinggal angan yang terlalu kuat untuk dilupakan

pertemuan tadi malam pun masih sisakan serak dalam rongga
dan justru menjadikan kenangan beku dalam kalbu
engkau dan sorot mata, dan kegugupan, dan ketulusan
dan aku berputar-putar dalamnya

lalu andai
lantas khayal
dalam dua otak dan hati yang bertautan
kecuali jasad
maka kenangkanlah

Jakarta, 29 April 2012, dalam SLJJ yang terlalu kuat...

Senin, 16 April 2012

~ bentang yang bernama cinta ~

pada malam ke seratus, engkau datang dan menghadiahiku tanya
yang ketika kujawab, engkau bungkam
hanya selarik senyum dan harum tubuhmu membahana
aku lunglai

demi bulan yang kering terjejal sesal
aku mengaku lemah dalam kesombongan yang demikian buruk
lalu ketika engkau merajuk,
aku mengamuk

engkau pernah bilang bahwa menghilang adalah tujuan
dan diam adalah kemewahan
lalu saat suaramu bersaing dengan deru kehidupan
aku lupa
aku lupa bahwa engkau cinta

hari ke seratus engkau membawa pergi duka
hari ke seratus aku benar-benar amnesia
inikah bentang?
inikah cinta?
entah

Surabaya mendadak basah di suatu waktu di awal 2012

Selasa, 10 April 2012

~ adakah langkah yang salah? ~

pada suatu sore yang berpasir
kamu menumpukan dukamu pada pundakku
dan mengucurkan tangis yang tiada henti
mengeluh lelah, namun enggan henti
mendamba damai, namun kerap benci
sebenarnya apa maumu?

lalu ketika sore perlahan meninggalkan ruhnya
kamu pun beranjak melepasku
membiarkanku terbekap kejut
secepat itukah?
padahal kutahu kamu tak tahan sendiri
terus terang aku jengah

kini, di tengah subuh yang menyajikan sunyi
adalah kamu di hadapan
kembali mengucurkan kesah, mendaraskan lelah
meruntuk kejadian yang telah lewat
dan menyesali berkali-kali
adakah langkah yang salah?

Jakarta medio Maret 2012

Kamis, 08 Maret 2012

~ I love you, mom ~

Sungguh tak mudah menjadi pasien penyakit yang mematikan itu, dan makin sulit ketika harus bisa menunjukkan bahwa semua akan baik-baik saja kepada anak sendiri. Namun, Allah sungguh Maha Luar Biasa, memperbolehkanku melewati masa itu dengan kekuatan yang kutahu dari cinta anak-anakku, Mimi salah satunya. Dan apa yang dituliskannya di bawah ini adalah apa yang dia lihat dan rasakan lalu ia tuangkan sebagai bahan ujian praktek bahasa Inggris kelas 9. Baginya menulis dalam bahasa Inggris bukan hal yang sulit, tapi bersikap jujur pada diri sendiri tentu tak mudah. 
Dan yang ia tulis di bawah ini melecut hatiku agar selalu eling.
(terimakasih mbak, I love you more...)



 I Love You, Mom

It was way back to the year of 2009. I was only 12 at that time. The last year of my elementary school, was filled with having the urge to take care of her. Always making sure I’d always be by her side in the bed. Even studying came second to me. She’s my first and utmost priority.

Yes, her indeed.

That beautiful woman lay on the white sheeted bed, my beloved mother.

Every time, and by that I mean every single time. Every single time me and both of my little sisters came home, we always did have this ritual going. Whole thing started since she came back to our domain from the everything-white-and-medical-scent-hovering-around kingdom. Yes, the hospital. Why, you asked? That monster attacked her. Definitely a monster indeed if I should say so. It was Cancer. That illness never seemed to cease lingering around my beloved mother. I knew she was in pain, and she was incredibly scared.

She’s still alive, indeed.

Because I know, she was fighting, for us.

And God, how I was and am glad to know that fact.

I spent most of those months and years in a particular room I’m so familiar with, at my mother's bedside. Her long fingers were so pale and had felt really fragile as if it would break if I squeezed them too hard. When at last I felt some slight pressure in response, I stared at her eyes. She met my gaze for just a moment before she closes them once again. I don’t know if it’s the antidote, the pain, or just the fact that she was dead tired. Could be all three of them, I never did knew.

I think I should thank to God now, that she’s still alive and much healthier. How she’s like after that monster got to her? She started to pray and believe more to God. Just exactly my prayers from back then and even until now, like they are all granted and it was truly a blessing to have her around again, without having to see her suffering in the bed. I can’t even imagine how she felt. I suppose it would be dreadful, to think that monster is still lingering. Defeated, but lingers, if you know what I mean. Cancer is a horrid disease, it was truly horrible. But even though made my mother’s life changed, it was still bad and I still won’t change my opinion about it. But then again, it seemed to leave trails of path to the right way of life. And now I love my mother even more. She’s truly the most amazing bless given by God to me. The most amazing mother I could ever wish for.

I love you, Mom...


Jakarta 8 Maret 2012

Senin, 27 Februari 2012

~ engkau adalah ~

engkau adalah bintang yang direlakan bulan untuk menjadi terang, lalu redup, lalu hilang, lalu datang ; direlakannya untuk menjadi ada

engkau adalah pagi, adalah siang, adalah senja yang tak kan pernah malam, selalu warna, tak pernah kelam

engkau adalah diam, adalah ramai, adalah diskusi-diskusi panjang tentang kehidupan-yang-tak-pernah-lulus-sampai-entah-kapan

engkau adalah cerita yang tak berkesudahan, bersambung, tak pernah pendek, tak pernah usai, walau titik koma telah lelah bekerja mati-matian di dalamnya

engkau adalah inspirasi yang tak pernah lenyap walau kadang aku harus mengais tangis agar engkau rela

engkau adalah bentang definisi yang senantiasa curah seakan tak pernah henti, walau otak seakan mati kehilangan kata-kata

Jakarta, dini hari 27 Februari 2012

Senin, 20 Februari 2012

~ penanda-penanda ~

warna-warna langit itu
menjadi lampu yang gemerlap bagi hati yang sedang kelam
oleh berbagai kepenatan hidup
kelelahan akibat terlalu gencar mencari apa-apa
ya dunia, ya cinta, ya hampa
bahkan hingga terlunta mengais sisa-sisanya di pelupuk sengsara
sampai rela mengemis pun

namun langit selalu setia memberi tanpa diminta
gratis menafikan lara
dan memberikan tanda, getar, pada hati yang ramai oleh sepi
...dan kamu
dan seluruh penanda-penanda yang datang serabutan tiap hari
...semua tentang kamu
menjadikan hati genap oleh rasa

lalu ayat-ayat suci tentang masa 
tentang manusia yang merugi kecuali yang memiliki bekal iman 
tentang kebaikan, kebenaran, kesabaran
maka kamu ada dalam ingatan
meski ragamu hanya bisa kubayangkan
namun hatimu tak habis oleh cinta
yang mungkin hingga akhir jaman setia memberi penanda-penanda

Jakarta 20 Februari 2012, di tengah nada-nada yang senantiasa memberi inspirasi 

Sabtu, 18 Februari 2012

~ selalu ada ~

dan kusadari dengan kapasitas yang tak pernah kau duga
tentang keberadaanmu yang senantiasa menciptakan ada
dan meniadakan ragu
tentang suaramu yang selalu berbisik
walau di tengah keramaian yang paling pekak pun
kusadari pagi ini

ketika fajar menawarkan hening yang lembut bagai kapas
dan menundukkan segala kantuk yang sengaja kutahan
lenyap tak berbekas demi mendengarkan suaramu
dalam hening
dalam sepi
kusadari pagi ini

bahwa engkaulah bintang
yang menjanjikan pendar lamat tak selalu terang benderang
namun selalu ada
seada suaramu yang bening
seada bisikmu yang kasih
bahwa engkaulah penghuni hati
selalu ada

Jakarta 18 Februari 2012

Kamis, 16 Februari 2012

~ kembali hampa ~

ketika ribuan kata melesat bersama busur rindu
dan berharap tepat menancap di tengah hati berpeluh
lalu melihatnya menggelepar
keringat mengucur deras
sederas itu rinduku

ketika bulan meledek terjengkang-jengkang menertawakan malam
yang setengah mati menghidupkan gelap
yang akhirnya pasrah membiarkannya sedikit terang
membiarkannya berdetak
sepasrah itu asaku

lalu di manakah cinta saat aku perlukan
saat engkau ada di hadapan, dan aku diam?
tak segegap gempita asa yang bergulung-gulung
bahkan baunya pun tak tercium dari kelok hati
lenyap tak berpendar seperti mauku dulu

atau bejana itu telah koyak oleh curiga
yang walaupun diisi jutaan kali selalu daras
lalu busur yang melesat seakan kembali memutar arah
dan bulan kalah terang dengan gelap
dan aku kehilangan kamu

Jakarta 16 Februari 2012 lewat SLJJ :)

Senin, 13 Februari 2012

~ pagi ini ~

pagi ini di ibukota
hiruk pikuk tersumpal dalam setiap kepala
yang berjejalan di jalan yang tak semua mulus
motor menyalip tak kenal sopan santun
metromini menggeram
dan membuang hajat asapnya sesuka hati
ibu-ibu hamil terpaksa menyesap dan melambungkan parunya
dan paru-paru janinnya
asap hitam menghajar siapa pun tanpa ampun

ibukota di pagi hari
terbentanglah jutaan mobil mengantri 
bagai ular naga tak berkesudahan 
kesakitan
terburu-buru
sumpah serapah
majikan-majikan yang tak mengerti peluh sopirnya
peluh yang bercampur khawatir mobil juragannya menyerempet
atau dicium percuma oleh motor ugal-ugalan

nun di lipatan jalanan Jakarta yang jarang ramah ini
aku mangu sambil mendengarkan radio
yang sedang putarkan lagu mendayu
diseling suara dua penyiar yang bersahutan
berusaha menghibur, walau kadang gagal
aku injak rem, injak gas, pegal
injak rem, injak gas lagi, tak apa
asal anakku tidak terlambat hari ini

Jakarta 7 Februari 2012

~ kala bintang menyapa sepi ~

dan bulan
dan bintang
dan matahari
tak pernah tinggalkan ia sendiri
bahkan bintang menyapa dengan caranya
dengan bahasanya yang tertatih
sedikit lamat
sedikit mencipta perih


Jakarta, Februari 2012

Jumat, 27 Januari 2012

~ pasrah ~

matahari sedang terengah-engah mengejar waktu
agar hari tetap merah, bukan abu-abu seperti sekarang ini
padahal barangkali sesekali abu-abu pun tak mengapa kan?
matahari menolak
ia gengsi

saat kemudian ketika senja dengan gagah datang dari kejauhan
sang surya panik, merantak, menguat-nguatkan diri agar tetap terang
padahal barangkali sesekali mengalah pun tak apa, bukan?
ia geming
sedang senja tergelak

toh akhirnya mentari manut, saat bulan datang dengan genit, lembut, manja
seolah tahu hanya rembulan yang bisa mengalahkan
seolah tahu kini saatnya ego ia lepaskan
dan menimang pasrah, meninggalkan amarah
berserah
pada takdir, jodoh, cinta, apa pun namanya
rembulan

Jakarta, 27 Januari 2012

Selasa, 24 Januari 2012

~ tak tersisa ~

selalu mentertawakan pilu
termasuk juga berita yang kuterima pagi buta
mungkin terlalu cepat
mungkin justru waktu paling tepat
yang jelas semua jelas

padahal sudah kumanis-maniskan prasangka
agar tak terlalu kaget menerima
ternyata masih terlalu kecut
sangat kecut
hingga jantungku menggeliat carut marut

setengah mati kutenangkan hati
saking tenangnya hingga terlalu tenang
hingga membuatku tertawa untuk sebuah tangis
dan merasakan isinya meranggas
tak tersisa

Jakarta 24 Januari 2012

Rabu, 18 Januari 2012

~ kelana rindu pada bapak ~

menjejak kaki
menuju silam
wangi kopi
dan senyum
abu-abu

lah mengapa tak juga bayang
ketika luapan rindu menjalar hingga pintu kalbu
sakit
batin menjerit
tak jua bertemu

dan lunglai
kala jejak hilang diterpa kelam
sisakan gulita
sunyi
hanya gemerisik hati

dan bentang waktu
membekap
menghentakkan kelu
makin rindu
pada bapak

Jakarta, 18 Januari 2012
Foto terakhirku dengan bapak, sebelum beliau wafat tanggal 14 Januari 1972, 40 tahun silam.

Jumat, 13 Januari 2012

~ aku tahu kamu tahu ~

aku tahu kamu tahu
aku menanyakanmu pada rusuk-rusuk pagi
aku tahu kamu tahu
aku menunggu serpih-serpih lelahmu di malam hari
aku tahu kamu tahu
aku mendegap jantung membaca namamu terlukis di mega jingga
aku tahu kamu tahu
aku menyulam doa di dini hari yang beku, dan sebut namamu
aku tahu kamu tahu
aku melarung ikhlas pada laut lepas semua anganku tentangmu
aku tahu kamu tahu
aku terbang sendirian di dalam jiwamu dan menunggumu bahagia
aku tahu kamu tahu

Jakarta 13 Januari 2012

  ~Picture courtesy of  S.Shinta Utami~

Rabu, 11 Januari 2012

~ rampai doa tentang kalian ~

pada akhirnya hanya ada aku dan wanita-wanita muda ini
saling melingkarkan hati hingga rapat tak terlepaskan
sampai malam tak lagi gelap, siang tak lagi terang
setia merapal doa-doa utama untuk wanita-wanita utama
aku, kalian

"Tak gadhang bisa urip mulya
Dadiya wanita utama
Ngluhurke asmane wong tuwa
Dadiya pandekaring bangsa"

menjadikan doa kendara dunia yang kusemai di setiap lubuk
dalam tuangan indah berampai pernik
menjadikan doa pegangan akhirat yang kupintal dengan khusuk
dalam setiap hela nafas dan menjelma cinta
aku, kalian

dan ketika sinar matahari masih belum tega menyentuh tanah
geliat kehidupan menyembul di sudut-sudut rumah ini
menjadikannya semerbak
seolah menyerta doa tadi malam 
tentang aku dan wanita-wanita muda yang hidup di dalamnya
kalian, kita

Jakarta, 10 Januari 2012
"Terimakasih masé Dimawan Krisnowo Adji (DKA) yang telah menuangkan lagu Tak Lelo Ledhung (Cipt. Markasan) dalam aransemen yang sangat memikat hingga menjadi inspirasi puisi ini. Matur nuwun juga atas doa dan semangatnya :)"

Minggu, 08 Januari 2012

~ dungu ~

Untuk sahabatku, mas Ismansyah

Pagi ini kita bertengkar. Untuk sesuatu yang sepele sebenarnya, atau mungkin bisa dibilang karena salah paham. Aku salah memahamimu, kamu salah memahamiku. Akibatnya bisa kuduga. Dunia langsung senyap. Blackberryku senyap,akun twittermu apalagi. Rasanya hampir setiap detik kutengok alat komunikasi itu hanya untuk mengecek jangan-jangan sebenarnya ada notifikasi BBM, namun aku tidak dengar. Tapi hanya nihil yang kutemui. Malah berbagai macam broadcast messaging tak penting dari beberapa teman berpendar-pendar minta dibaca. Huh!
Kamu bagai menghilang dengan segala kemarahanmu. Aku bingung dengan segala kedunguanku.

Sabtu, 07 Januari 2012

~ menghabiskan sabtu ~

rasanya tak mungkin berkelit darimu hari ini
senyata engkau sudah duduk tenang di terasku
membawa senyum menenteng tawa
padahal sederas-deras hujan di luar sana
mengkuyubkan kering
membasahkan dahaga

"ayo!", ajakmu
aku bertanya-tanya, demi misteriusmu yang selalu kau bangga
"kan kubentangkan cerita dahsyat hanya untukmu"
entah mengapa aku manut, merunut langkahmu, menebus genangan tanya
lantas berdua menghadapi cangkir-cangkir kopi panas
sepanas ceritamu tentang cinta, kegetiran, pahit, manis, tangis

hingga senja mengetuk pintu, kita masih asyik mengupas hati
mengendalikan tangis yang tak tahu diri di dalam hati
dan berjuta-juta andai berpendar-pendar menyesakkan mata
gumammu "Suerte que sentí lo que sentí" bersaingan dengan hujan 
hingga harus kutajamkan rasa, kuasahkan telinga
agar aku mengerti
dan aku mengalah

dan lalu malam

Jakarta 7 Januari 2012 ketika Sabtu habis bersamamu

Rabu, 04 Januari 2012

~ ntms ~

cinta padamu itu sederhana
sesederhana sepiring nasi panas
dengan lauk dua tempe goreng dan sambal bawang
sederhana tapi kaya

memahamimu itu mudah
semudah memaknai kesederhanaan nasi tempe plus sambal bawang tadi
sangat personal
aku, kamu

merindukanmu itu nikmat
senikmat kantuk bertemu tidur siang setelah berkah makan yang cukup
iya, rindu itu berkah
jika hanya padamu

lalu mengapa manusia mempersulit perasaannya?
berbelit lidah
berkelu rasa
kalau hendak bersyukur saja menunggu habisnya masa?
menunggu terlambat?

Jakarta 4 Januari 2011 dalam solilokui-ku

Senin, 02 Januari 2012

Sa'Unine String Orchestra - Kara

Kaitan entri : bercakap-dengan-takdir
Komposisi : Masé Dimawan Krisnowo Adji
Solo Seruling : Saat Borneo

Sa'Unine String Orchestra - Kanaya

Kaitan entri : bercakap-dengan-takdir
Komposisi : Masé Dimawan Krisnowo Adji
Saxophone : Oni Krisnerwinto

~ kunamai ia ~

kunamai ia subuh
yang selalu tepat waktu lalu menunggu 
sebagaimana ia merindukan doa
setelah malam-malam yang penat

kunamai ia fajar
yang setia mengangkat gelap dari senyap
dan menundukkan pagi agar menyerah
menundukkan hati

kunamai ia bintang
yang dengan diam memberi terang
walau sendirian tak pernah gentar
tanpa pamrih

kunamai ia waktu
runut berjalan tak kenal lelah
mendera sepi, menangkup ramai
menjanji jujur

kunamai ia : engkau

Jakarta 2 Januari 2012 dalam mendung