Minggu, 08 Januari 2012

~ dungu ~

Untuk sahabatku, mas Ismansyah

Pagi ini kita bertengkar. Untuk sesuatu yang sepele sebenarnya, atau mungkin bisa dibilang karena salah paham. Aku salah memahamimu, kamu salah memahamiku. Akibatnya bisa kuduga. Dunia langsung senyap. Blackberryku senyap,akun twittermu apalagi. Rasanya hampir setiap detik kutengok alat komunikasi itu hanya untuk mengecek jangan-jangan sebenarnya ada notifikasi BBM, namun aku tidak dengar. Tapi hanya nihil yang kutemui. Malah berbagai macam broadcast messaging tak penting dari beberapa teman berpendar-pendar minta dibaca. Huh!
Kamu bagai menghilang dengan segala kemarahanmu. Aku bingung dengan segala kedunguanku.



Jadi ingat pembicaraanku dengan sahabatku tentang kebodohan. Sebelumnya aku bercerita tentang usaha seorang teman yang tak kenal putus asa membujukku untuk mengikuti jejaknya berinvestasi pada sebuah perusahaan multi level marketing. Sedemikian ngototnya teman tadi sehingga aku setengah mati menghindar jika ia sudah mulai menyapa di BBM . Aku cerita pada sahabatku tadi bahwa aku pernah berkali-kali tercebur dalam kegiatan usaha seperti itu dan semuanya gagal. Kutanya padanya ,"Apa aku ini bodoh ya, mas?". Dia menjawab,"Kamu bukan bodoh, tapi kamu terlalu baik hati". "Oh, moi? Baik hati? Kayaknya perlu direvised pendapatmu itu," aku terkekeh.

Dia menjawab,"Orang baik hati itu memang kelihatan bodoh, sedang orang culas lebih terlihat pintar". Dia melanjutkan,"Temanmu tentu saja ngotot agar kamu melakukan investasi, sampai kamu jatuh kasihan dan bergabung. Jadi bukan karena kamu bodoh, tapi karena kamu nggak tega". Dia tertawa. Entah karena dia puas dengan teorinya itu atau karena menertawakan nasibku dikejar-kejar pionir multi level marketing.

Tahu aku belum puas dengan penjelasannya, ia melanjutkan,"Itu semua bagai takdir. Pikirkanlah orang jalan lalu kecemplung jurang. Pikirkan hubungan antara takdirnya kecemplung jurang, dan pemikiran kita bahwa dia bodoh. Padahal belum tentu dia bodoh, kan?". Aku mengangguk mengiyakan. Kali ini aku setuju.

Eh tapi apa hubungannya dengan kedunguanku tentang kesalahpahaman kita ya? Apa iya itu takdir juga? Kita ditakdirkan untuk salah paham akan hal yang sangat sepele.

Mengapa banyak hal yang membuat sebuah hubungan percintaan diwarnai kesalahpahaman?

Apa sebaiknya kita betul-betul berpikir ulang tentang hubungan kita ini?

Baik, mari kita kupas satu-satu.
Tapi sebelumnya kusampaikan dulu bahwa perasaanku tak berubah padamu, sejak kita bertemu hingga detik ini. Waktu kita dikenalkan teman, aku langsung jatuh cinta. Dan akumu, kamu merasakan hal yang sama. Kamu memang pantas kucintai. Bukan hanya rupawan, namun juga halus perasaan. Penuh talenta, cinta pada kemanusiaan dan ketuhanan. Dan bercakap denganmu bisa menghabiskan waktu berjam-jam. Seru. Penuh canda dan sangat dewasa. Tapi kalau hatimu sedang sensitif, bagai tergores, tak kau perbolehkan aku membalut. Kamu lebih suka diam dalam duniamu. Dan lama.

Jadi, apa itu memang takdir? Takdirmu bahwa kamu sangat sensitif, dan takdirku bahwa aku kurang peka. Lalu takdir pula yang mempertemukan kita (karena kuyakini tak ada yang kebetulan di dunia ini). Artinya kita harus terima saja takdir itu. Dan atau jika ingin mengubah takdir itu, kita musti berdoa. Guru agamaku pernah berujar, bahwa yang bisa mengubah takdir itu adalah doa. Walaupun hasil akhir tetaplah Allah yang mempunyai kuasa mutlak. Baiklah, mulai sekarang, selepas sholatku, aku akan berdoa khusus demi mengubah takdir kita, kamu lebih tidak terlalu sensitif, dan aku lebih peka

Jadi, apa betul banyak hal yang membuat sebuah hubungan percintaan diwarnai kesalahpahaman? Barangkali betul teori sahabatku, Ra, bahwa Tuhan membekali kita dengan otak dan hati agar berpikir dan mencerna, kemudian memakainya agar mudah semua urusan, termasuk pecintaan. Apa jadinya percintaan tanpa memakai logika? Jika memang ada hal yang harus diutarakan, ya jangan ditahan-tahan, segera dibicarakan. Masalahnya, kamu lebih suka diam seolah menenangkan diri jika ada friksi di antara kita, sekecil apa pun itu. Lalu saat kamu sudah tenang, kamu kembali datang dan menyapa bahkan menemui seolah tidak ada sesuatu hal terjadi. Dan jika kuajak bicara, kamu lebih suka menghindar.

Lalu, apakah sebaiknya kita berpikir ulang mengenai hubungan kita? Rasanya saat kamu diam, seperti sekarang ini, aku selalu berpikir ulang dan menguatkan mental agar jika kita akhirnya berpisah bukan karena tak cinta. Dan kurasa,dalam diammu pun kamu berpikir ulang tentang hubungan kita. Lanjut atau berhenti. Pada kenyataannya kamu selalu kembali. Artinya cinta itu terlalu kuat. Mungkin.
Atau aku yang terlalu baik hati, hingga selalu saja menerimamu kembali, dan nampak bodoh dengan hal tersebut? Entahlah.

Sore. Hujan yang seharian mengguyur Jakarta pun telah lelah. Berhenti tepat di pukul lima kurang seperempat. Lampu LED Blackberry berkelap-kelip tanda ada notifikasi. Aku serabutan menggapai alat itu. Nyaris jatuh. Tanganku gemetar demi melihat ada sebuah BBM masuk. Hatiku bergetar. Kamukah?

Jakarta 8 Januari 2012 

2 komentar:

  1. Takdir

    Ketika Ruh ditiup, takdir telah lengkap tersemat
    .. Sang Penyematpun tersenyum
    karena satu peran lagi dalam drama kehidupan
    sudah menemukan lakonnya ..

    Takdir adalah skenario yang utuh bercerita
    Tidak berubah dan tidak pula terdapat coretan
    cerita itu telah utuh paripurna ..
    Mengubah satu adegan yang telah tersambung .. akan mengubah seluruh cerita alam semesta ..
    .. akankah sang Sutradara melakukan itu ..?? ..

    Peran menjalani skenario takdir tak akan menyakitkan .
    Bila lakon meyakini itu hanyalah sekedar peran, yang akan usai disaat episode kisah berakhir

    Mainkan saja peran tanpa perlu improvisasi
    ikuti petunjuk tertulis dan sudah !!! ..
    Improvisasi hanya akan memutus alur cerita, yang akan membuat sang lakon tersesat dan putus asa ..

    Sang Sutradra mengendali cerita hingga berakhir..
    lakon terbaik akan mendapat tepukan dipundak berupa surga..

    Tidak perlu berimprovisasi dengan angan2 .. biarlah skenario alam semesta ini berjalan sesuai dengan alur cerita ..

    Jangan terpuruk karena satu adegan tragedi ..
    Karena yang kita tuju adalah tepukan dipundak berupa surga ...

    takdir tidak memihak ataupun memusuhi .. karena dia hanyalah sebuah jalan cerita ..

    met istirahat ya sandra .. :)

    Si-Is

    BalasHapus
  2. Asyiikk..dapat puisi baru, suwun yo mas Si..:)

    BalasHapus