Minggu, 05 Mei 2013

~ lekat ~

ketika bumi diluluh-lantakkan air yang demikian ganas
mengikis sisi-sisinya
mengiris-iris kulit perutnya dengan tanpa belas kasih
aku hanya punya namamu yang tampaknya selalu nyata
enggan pergi

bayangkan
bahkan hujan yang terderas pun tak mampu menghapusmu
dari hatiku
l e k a t

Antara Jakarta - Jeddah, detik demi detik

~ menggenggam pasir ~

sebuah rasa untuk FTS

mengapa pasir berbulir-bulir nakal menyeruak di tepian hati
setelah engkau tiup-tiupkan cinta di jiwa yang demikian letih
jiwa yang lelah merasakan fana
tinggal mati

seakan engkau tak peduli sorot mata sayuku yang tak percaya
tetap engkau tiupkan hingga berubah uap yang basah
mengembun dan lama kelamaan membeku
mengkristal
satu

berbulan hingga ke sembilan
aku masih bertanya tentang kesungguhanmu
menghentak, menyentak, membentak
hingga engkau menjadi singa
mengaum dan memuntahkan sirna
menjadikan aku sesal

kini aku makin letih
lebih letih dari sembilan bulan lalu
berat ditimpa penyesalan
luka dirudung perih
tertatih menyatukan bulir-bulir pasir itu
tapi apa daya hatimu terlanjur beku
dan tinggallah aku sendiri
menggenggam pasir
musnah

Jakarta, 28 April 2013

Rabu, 10 April 2013

~ dosa cinta ~

pernahkah kamu berpikir
bahwa saking cinta hingga dosa?
dosa yang membungkus tubuh ini bagai baju yang lengket rekat enggan minggat?
padahal dalam sentuh pun ia tidak
hanya menari-nari dalam kalbu yang sudah demikian lelah
sudah lelah dosa juga

seperti pagi ini yang tak kurang panasnya
mungkin karena tanah haus akan kemarau
setelah berbulan-bulan dipaksa berteman dengan air
aku mendadak tercekat dalam bisu yang tak kubuat-buat
aku mendadak tak mampu bersuara di depanmu
aku merasa dosa

kekasihku yang sungguh mulia hatimu
bersalut senyum yang tak pernah kurang
sorot mata hangat dalam kesederhanaan pikir dan laku
"my sweet simple man"
maafkan aku yang mendadak bisu
aku dosa karena terlalu mencintaimu

Jakarta, 10 April 2013

Selasa, 02 April 2013

~ aku kehilangan kemampuan menulisku sejak bersamamu ~

tentu,
karena cinta?
atau hanya kebekuan pikir semata?
atau hatiku yang terlalu penuh
dengan luapan itu?

ya, hatiku meluap-luap
sejak bersamamu
sejurus dengan hilangnya kemampuan menulisku
dan lalu puisi-puisi melankolis itu rasanya jadi tak perlu
muspra

aku kehilangan kemampuan menulisku
sejak bersamamu,
sejak senyummu,
sejak bahasamu,
sejak lenguhmu

aku lenyap bersamamu

Jakarta, 2 April 2013
Ketika jempol kuku kaki kananmu mblebu daging :)

Jumat, 29 Maret 2013

~ melukis hati ~

pada suatu malam yang basah di bulan ini
menjelang tengah malam kalau aku tak salah ingat
nada dering handphone yang tertentu darimu memecah hening
sedetik sesaat aku jengat menenangkan debar
selalu begitu

lalu suaramu menjadi alunan musik yang terus mengalun
mengajak hatiku untuk ikut hanyut
dalam sebuah simphoni yang terlalu indah untuk digambarkan
hatiku beriak-riak suka cita mendesak
untuk segera dituntaskan

dan puncak dahagaku seketika merentas
ketika bisikmu menyudahi malam yang kian menjelang pagi
engkau telah sukses melukis hatiku ketika itu
ketika serakmu bercampur lengas yang tegas mengucap
"I love you"

Jakarta, 26 Maret 2013
Terima kasih....:)