sebuah rasa untuk FTS
mengapa pasir berbulir-bulir nakal menyeruak di tepian hati
setelah engkau tiup-tiupkan cinta di jiwa yang demikian letih
jiwa yang lelah merasakan fana
tinggal mati
seakan engkau tak peduli sorot mata sayuku yang tak percaya
tetap engkau tiupkan hingga berubah uap yang basah
mengembun dan lama kelamaan membeku
mengkristal
satu
berbulan hingga ke sembilan
aku masih bertanya tentang kesungguhanmu
menghentak, menyentak, membentak
hingga engkau menjadi singa
mengaum dan memuntahkan sirna
menjadikan aku sesal
kini aku makin letih
lebih letih dari sembilan bulan lalu
berat ditimpa penyesalan
luka dirudung perih
tertatih menyatukan bulir-bulir pasir itu
tapi apa daya hatimu terlanjur beku
dan tinggallah aku sendiri
menggenggam pasir
musnah
Jakarta, 28 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar