Senin, 26 Desember 2011

~ rindu ~

siang
hingga siang lagi
aku mencarimu di balik huruf-huruf konsonan
berbaik-baik pada vokal
memporak porandakan diksi dan tata bahasa
tanya mendesak pada kamus-kamus
bertebaran
tak tertangkap

jika engkau adalah aku
dan aku adalah engkau
maka semudah aku berkedip engkau ada
jika jiwa ini penuh olehmu
dan jiwaku ada padamu
maka semudah aku bernapas engkau nyata
seharusnya
namun tetap tak tertangkap

aku rindu

Jakarta 26 Desember 2011

Kamis, 22 Desember 2011

~ selalu ada, walau bukan ~

beriringan semut menyemut
menuju gelimpangan gula tercecer
mendulang haus makin haus
mencekik rasa

selalu ada yang mau saat merasa ampas
merubah ampyang mendadak pahit
tetap ada walau bukan
tetap tak bisa biarpun terpaksa

Jakarta 22 Desember 2011 "curcum perficio"

Selasa, 20 Desember 2011

~ catatan untuk Ra ~

"kadang, melepaskan bayang adalah impian terbaik"
(catatan untuk Ra, sahabatku)

Sore itu aku sedang menikmati vanilla latteku bersama Ra, sahabatku. Sedang ia lebih memilih american coffee dan sepotong brownies untuknya.. Bercerita kami tentang rasa, cinta dan cita-cita. Dia dengan cintanya, aku dengan cita-citaku. Terlihat beban begitu menggelayut di sudut matanya, menyeret hatinya menuju tebing kegalauan. Ah apa yang selama ini kulihat darinya, ternyata tak sejelas sore ini. Betapa wanita yang satu ini pintar menyembunyikan apa yang dirasakannya. Berceritalah ia tentang kisah cintanya pada lelaki yang bukan miliknya. Lelaki yang dia rasakan sebagai cinta sejatinya, namun terhadang oleh banyak sekali kendala.

~ remedi tentang sanga ~

surya geliatkan hangatnya menyentuh muka bumi
aku masih termangu kunyah-kelanakan pikir
tentang semua yang telah kita lakukan
di mega nirwana penuh biru
dan memaksaku tanya pada keliman iman
"adakah ia mewujud?"
"ataukah ia hanya bayang lesu tentang nafsu?"

sementara degup cemburu menjamah raga
akan nyata yang terbentang bak lembah tanpa batas
menjaring rasa yang selalu membuatku lelah
walau ratusan abjad itu berkata sebaliknya
engkau mengukir senyum di lekuk darahku mengalir
engkau semaikan gairah tak terperi di hamparan jantung berdetak
menghentak

jika raga ini mampu bersaing kuat dengan hati 
kan kubiarkan ia menantimu di ujung nirwana
membasuhmu dengan air cinta yang kuseduhkan hangat suam
kan kureguk bekas tetesnya mendulang ikhlas
mendaur ulang rindu 
agar tercabik belasan puas sekali usap
mencandai rasa 

tersadar bahwa engkau hanya butir halusinasi
hujamkan perih meledakkan angkuh
dan hatiku mengerjap kesakitan
tertoreh khayal
terpecut kangen
sedang harapan terkekeh melihatku berdarah-darah
menungguku mati

Jakarta 20 Desember 2011 
inspirasi datangnya bisa dari mana saja, siapa saja..
"masih tentangmu yang membawa inspirasi tak lekang batas"

Sabtu, 17 Desember 2011

~ If ~

pukul dua belas lewat beberapa detik
dua insan masih bercumbu cakap
memindai kias dalam lembaran pesan
mentertawai kesepian

dan
dalam lantun nada yang persis sama
"if only I could turn back time"
"if...." aku mendesah
"if...." ia mendadak gelisah

jika jiwa ini terlahir dulu sebelum lipatan abad
kan kucarinya hingga ujung pelangi
dan berhenti di situ tak ingin beranjak ke masa kini
andai

andai ia di sisiku sekarang ini
kan kupintalkan smaradhana untuk membungkus batinnya
sebelum membiarkannya mandi puas yang tak lekang
dan bersama menyebut asma hyang
"if...."

menjelang subuh
dan kami masih bergelut cerita tak putus-putus
menjadikan asa kencan
walau kenyataan terlalu kelu untuk dirasakan
l a r a

Jakarta, 17 Desember 2011 
"thank you for being my ever-lasting inspiration"
"dan aku rindu,
rindu pada rindu"

~ perpisahan ~

sedang kusemai mangu yang mendadak datang
bercakap kami tentang perasaan
tentang cinta
berupa-rupa pertanyaan yang menggugat
kebanyakan : mengapa?

menyeret pada ujung lalu
saat kau gelandangkan nyata
memaksa dekap rasamu yang menggumpal
pada mimpi
pada khayal berwujud cinta

masih pantaskah kau mencinta kali kedua
jika hatimu melulu miliknya
lalu di manakah setia?
di manakah aku?

tak kah kau sadari hatiku meruyak?
kalbuku ngelu
pernyataanmu menggetaskan rasa
perih

kini
saat musik indah itu telah berhenti sempurna
kau kemas kecewamu menujunya
pulang
dan kubisikkan : selamat jalan

Jakarta, 17 Desember 2011

Kamis, 15 Desember 2011

~ dalam tujuh hari ~

apa yang kira-kira bisa terjadi dalam tujuh hari, menurutmu?

dan ketika aku tengah melara, membuta, mematikan rasa
sosokmu menyelinap di sela hati, mencuri
mengambil diam-diam sesuatu yang kuanggap paling berharga
cinta

dan ketika aku merela
engkau makin masuk, merangsek lalu duduk tenang di situ
aku?
merasakan angin ribut, menelan pucat, unjuk pasi

dalam tujuh hari semua bagai mimpi
ataukah memang ini hanya mimpi
yang seharusnya segera kulupa
dan kembali ingat

wahai Tuhanku Sang Maha Pembolak-balik Hati
padaMulah aku sungkurkan jutaan pinta
dan memohon-mohon agar dosaku Kau ampuni
tapi bukankah mimpi pun Engkau yang menguasai?
maka tak kan kudustai hati
karena Engkau pula yang mendiami
sejenak aku pasrah dan kembali menekuni

Segala puji bagi Tuhan Seru Sekalian Alam, angin ribut itu telah usai...


Jakarta 15 Desember 2011

Selasa, 13 Desember 2011

~ the missing piece ~

ujung malam
awal cakap
dalam kendara gelisah yang menggeliat sepanjang sore
lalu gagap

gagap karena begitu lekat
bagai menjerat tak mau menyat
di situ hingga pintu pagi menguak
susah lepas

"biarkan aku jadi udaramu
menjadi ada, menjagamu agar selalu hidup
dan melapangkan asa hingga ia berubah nyata
sedang kau tetap menjadi air kehidupanku
di sana tenang-tenang menungguku"

pagi menerang
dan kita lelap dalam puas yang menjuntai
hingga senja tiba
berputar tak putus hingga akhir masa

"engkaulah bagian hidupku yang hilang
yang kucari wujudmu hingga ku buta
yang kucari suaramu hingga ku tuli
nyaris muskil
tapi aku rela"

Jakarta 13 Desember 2011, sore yang basah oleh suaramu...

Jumat, 09 Desember 2011

~ lalu aku ~

dan kemudian jiwaku mati
mati terbakar bersama ilalang yang tumbuh di ranah merah
hingga tercerabut dari segala rasa
tandas

percuma marah sebenarnya
karena toh amarah ku sudah tak punya
miskin rasa
hanya pana

lalu biarlah seluruh yang kupunya sirna ditelan angkara
lalu aku dan diriku menjadi sendiri
menjadi kawan sisa-sisa harga diri
kemudian lantak

Jakarta 9 Desember 2011

Kamis, 08 Desember 2011

~ bercakap dengan takdir ~

sapamu yang lembut meriakkan gelombang getar yang menderu-deru di dalam sana
meredakan segala resah yang membelengguku belakangan ini
menjawab berjuta pertanyaan yang bergulung-gulung
tentang kita

{andai sinar wajahmu bisa menular
kuingin raup semua hanya untukku
dan kubungkus dengan segenap rasa yang kupunya
agar kita selalu bersama
kau pernah bilang bahwa aku tiaramu
yang kau sunggi dengan jiwamu yang memancar kasih
kau bawa kemana saja hingga ujung waktu
karena cintamu}

lalu di manakah waktu?
masihkah kita punya?
sedang bukan hanya rasa yang kita pelihara
cinta hyang pun jadi belukar menawarkan perih

sejenak kau diam seolah labuhkan pikir pada angin yang datang tiba-tiba
katamu kemudian :
andai boleh memilih waktu, hanya engkau
meski waktu purna tugas digantikan oleh waktu yang baru

dan kita menjadi kupu-kupu
melepas angan dengan segenggam harap
agar selalu berdua bercakap dengan takdir
walau waktu baru silih berganti datang
walau tubuh tak kuat menyangga
selalu ada jiwa
yang mencinta

hingga moksa
hingga moksa

Jakarta 8 Desember 2011
seperti yang kuserap tentang Kara dan Kanaya
tentang kehidupan dan cinta yang tak berbatas
"terimakasih mas Dimawan Krisnowo Adji atas musik dan cerita yang luar biasa...:)"

Selasa, 06 Desember 2011

~ pas encore ~

sudah kuduga dari awal

lembayung memang masih terlalu dini datang

tak juga berwarna ungu kesukaanku

tak juga menyapa dengan gairah kemauanku

masih terlalu jingga untuk dicinta

belum waktunya...

Jakarta, 6 Desember 2011

Jumat, 02 Desember 2011

~ virtual insanity ~

bukan
bukan tentang Jamiroquai
bukan tentang khayalan kegilaan masa depan
yang sebenarnya terpeta sejak kini
bukan

ini tentang rasa
rasa yang menekan hingga inti bumi
dan memuncratkan gelisah hingga pucuk bulan
tentang duga, tentang takut, tentang aku
aku dan pertanyaanku

betapa pertanyaan tentangmu berkelindan memasung pikir
muncul bayang maya yang membuatku separuh gila
kamu
dan senyummu
dan ketulusanmu yang tak bertepi

dan kini
dalam kesendirianku yang ramai
hadirmu menambah sepi yang mencubit hati
membuatku ngeri
ngeri jatuh hati

Jakarta, 2 Desember 2011

Kamis, 01 Desember 2011

~ malam satu desember ~

kenangkanlah tentang malam itu
tentang gelisah menunduk-nundukkan hati 
susah payah bercakap dengan gelap
lalu mengencani sepi
mengecup senyap

sebenarnya apa yang kita tunggu, tanyamu 
ada gusar dalamnya, ada murka tertahan geram
bentangkan cinta hingga ufuk dan berlayarlah
sahutku menantang bak celepuk
membekapmu dengan diam

lalu kita kembali menekuni tautan jari yang mengering
menata lara agar tak lagi mencibir
jelang satu desember
suaramu menipis berbisik mendekati lirih
"kan kutelusuri fajar dengan janji"

Jakarta, 1 Desember 2011