pada suatu sore yang berpasir
kamu menumpukan dukamu pada pundakku
dan mengucurkan tangis yang tiada henti
mengeluh lelah, namun enggan henti
mendamba damai, namun kerap benci
sebenarnya apa maumu?
lalu ketika sore perlahan meninggalkan ruhnya
kamu pun beranjak melepasku
membiarkanku terbekap kejut
secepat itukah?
padahal kutahu kamu tak tahan sendiri
terus terang aku jengah
kini, di tengah subuh yang menyajikan sunyi
adalah kamu di hadapan
kembali mengucurkan kesah, mendaraskan lelah
meruntuk kejadian yang telah lewat
dan menyesali berkali-kali
adakah langkah yang salah?
Jakarta medio Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar