Rabu, 03 November 2010

~ hujan tangis ~

gelap ruang tanda sepi,
sudut berdebu karena lapuknya,
alam tak bersahabat tadi malam,
mungkin karena kecewa pada liliput bumi...

gemuruh di dadamu membahana hingga ujung kota,
berjalin dengan resah sebagai ketukan irama,
tak sangka air matamu mengalir bagai sungai-sungai menuju segara,
sambil menggamit insan khusuk berdoa...

air mata berkumpul jadi tangis berderai-derai,
bercampur sesengguk penyesalan tak terkira,
mega sudah tak berdaya hendak mengelap sudut mata,
karena hujan tangismu tlah jadi bencana manusia...

Ijinkan aku menjadi mega dan membasuh lukamu

Ibukota, 9 Maret 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar