Selasa, 02 November 2010

~ wanita pilihan ~

menapak tangga rumahku yang sunyi,
setiap sore setiap pulangku,
teras berkursi dua menyambutku hening,
dua daun pintu tersenyum garing,

menyusuri koridor bisu,
letih mulai mendera diam-diam,
kusapa sepi empat lukisan berderet kiri kanan,
rumahku meratap, mengeluh, mengiba..

selintas nampak dua cangkir masih berkopi di meja tamu,
satu berhias gincu, berusaha menyamar, namun gagal,
tak nampak nafas di sisinya,
punya siapa, tak peduli, aku tak selera..

terlalu lelah aku menyelidik sesiapa,
kuhempaskan malas badan bersalut nistaku,
ya, aku bukannya suci seperti kau kira,
aku baru selesai menikmati nafsuku dengan dia yang kupuja..

kalau saja rumah ini bisa berbicara,
sudah pasti kau wawancara ia, tentang apa yang terjadi
pada dua manusia yang setiap malam membisu di dalamnya..
tapi satu yang kuyakini benar,
bila aku wanita pilihannya, yang tak punya pilihan,
selain menemani laki-laki pilihanku sendiri,
merenda sepi...

Jakarta, tak bertanggal*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar