tiba-tiba aku buta,
bola mataku mencelat, menggelinding, menjauh,
dan tak lama ia mengejekku,
r i a n g.....
kelu aku mengibanya untuk kembali,
malah yang kuterima hanya julur lidahnya,
yang h i t a m,
sesalku bercampur darah mendidih pada derajat tertinggi kutekan dalam-dalam,
kurayu, kupanggil mengiba serak mataku itu,
tapi dia tetap menggeleng p e l a n...
susahnya kala cemburu harus kutelan mentah-mentah,
sejuta usaha lembut sampai kasarpun sudah,
namun ia t e t a p mengganjal di sana...
dan butanya mata hatiku,
menjerumuskanku ke dalam gelombang sangka,
yang tak kunjung sirna...
berhentilah mengusikku, cemburuku!
Jakarta, April 2009
bola mataku mencelat, menggelinding, menjauh,
dan tak lama ia mengejekku,
r i a n g.....
kelu aku mengibanya untuk kembali,
malah yang kuterima hanya julur lidahnya,
yang h i t a m,
sesalku bercampur darah mendidih pada derajat tertinggi kutekan dalam-dalam,
kurayu, kupanggil mengiba serak mataku itu,
tapi dia tetap menggeleng p e l a n...
susahnya kala cemburu harus kutelan mentah-mentah,
sejuta usaha lembut sampai kasarpun sudah,
namun ia t e t a p mengganjal di sana...
dan butanya mata hatiku,
menjerumuskanku ke dalam gelombang sangka,
yang tak kunjung sirna...
berhentilah mengusikku, cemburuku!
Jakarta, April 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar