rumpun ilalang itu duduk bersamaku
memandangi hamparan Lai Tarung yang dinginnya menggigit kulit
apa yang kau pikirkan? tanyanya
aku memilih bisu sebagai jawabku
ah kau selalu begitu, desaknya berderik-derik
aku menemanimu, dan kau diam saja
aku seolah budheg, malah mencumbu desau angin yang berebut perhatianku
tidak harus kuucap kan? sanggahku
hatiku ini ada tuhanku di dalamnya
dan aku senang bercakap dengannya
kurasa, siapapun tak bisa menggantikannya, bukan?
kau tergelak...bodoh, tentu saja tak
jadi, aku tidak kesepian, kawan, jelasku
aku sibuk
kalau engkau hendak paling
aku tak menghalang
desau angin makin ribut mencari kerling
sedang mataku penat, kulitku berkerut-kerut
otakku menggasing
walau soliter
Lai Tarung dalam angan, 8 Maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar