engkau adalah bintang yang direlakan bulan untuk menjadi terang, lalu redup, lalu hilang, lalu datang ; direlakannya untuk menjadi ada
engkau adalah pagi, adalah siang, adalah senja yang tak kan pernah malam, selalu warna, tak pernah kelam
engkau adalah diam, adalah ramai, adalah diskusi-diskusi panjang tentang kehidupan-yang-tak-pernah-lulus-sampai-entah-kapan
engkau adalah cerita yang tak berkesudahan, bersambung, tak pernah pendek, tak pernah usai, walau titik koma telah lelah bekerja mati-matian di dalamnya
engkau adalah inspirasi yang tak pernah lenyap walau kadang aku harus mengais tangis agar engkau rela
engkau adalah bentang definisi yang senantiasa curah seakan tak pernah henti, walau otak seakan mati kehilangan kata-kata
Jakarta, dini hari 27 Februari 2012
setiap keping huruf hanyalah yang terlintas dalam kehidupan yang ramai, yang sunyi, yang gembira, yang perih, yang khayal...
Senin, 27 Februari 2012
Senin, 20 Februari 2012
~ penanda-penanda ~
warna-warna langit itu
menjadi lampu yang gemerlap bagi hati yang sedang kelam
oleh berbagai kepenatan hidup
kelelahan akibat terlalu gencar mencari apa-apa
ya dunia, ya cinta, ya hampa
bahkan hingga terlunta mengais sisa-sisanya di pelupuk sengsara
sampai rela mengemis pun
namun langit selalu setia memberi tanpa diminta
gratis menafikan lara
dan memberikan tanda, getar, pada hati yang ramai oleh sepi
...dan kamu
dan seluruh penanda-penanda yang datang serabutan tiap hari
...semua tentang kamu
menjadikan hati genap oleh rasa
lalu ayat-ayat suci tentang masa
tentang manusia yang merugi kecuali yang memiliki bekal iman
tentang kebaikan, kebenaran, kesabaran
maka kamu ada dalam ingatan
meski ragamu hanya bisa kubayangkan
namun hatimu tak habis oleh cinta
yang mungkin hingga akhir jaman setia memberi penanda-penanda
Jakarta 20 Februari 2012, di tengah nada-nada yang senantiasa memberi inspirasi
Sabtu, 18 Februari 2012
~ selalu ada ~
dan kusadari dengan kapasitas yang tak pernah kau duga
tentang keberadaanmu yang senantiasa menciptakan ada
dan meniadakan ragu
tentang suaramu yang selalu berbisik
walau di tengah keramaian yang paling pekak pun
kusadari pagi ini
ketika fajar menawarkan hening yang lembut bagai kapas
dan menundukkan segala kantuk yang sengaja kutahan
lenyap tak berbekas demi mendengarkan suaramu
dalam hening
dalam sepi
kusadari pagi ini
bahwa engkaulah bintang
yang menjanjikan pendar lamat tak selalu terang benderang
namun selalu ada
seada suaramu yang bening
seada bisikmu yang kasih
bahwa engkaulah penghuni hati
selalu ada
Jakarta 18 Februari 2012
tentang keberadaanmu yang senantiasa menciptakan ada
dan meniadakan ragu
tentang suaramu yang selalu berbisik
walau di tengah keramaian yang paling pekak pun
kusadari pagi ini
ketika fajar menawarkan hening yang lembut bagai kapas
dan menundukkan segala kantuk yang sengaja kutahan
lenyap tak berbekas demi mendengarkan suaramu
dalam hening
dalam sepi
kusadari pagi ini
bahwa engkaulah bintang
yang menjanjikan pendar lamat tak selalu terang benderang
namun selalu ada
seada suaramu yang bening
seada bisikmu yang kasih
bahwa engkaulah penghuni hati
selalu ada
Jakarta 18 Februari 2012
Kamis, 16 Februari 2012
~ kembali hampa ~
ketika ribuan kata melesat bersama busur rindu
dan berharap tepat menancap di tengah hati berpeluh
lalu melihatnya menggelepar
keringat mengucur deras
sederas itu rinduku
ketika bulan meledek terjengkang-jengkang menertawakan malam
yang setengah mati menghidupkan gelap
yang akhirnya pasrah membiarkannya sedikit terang
membiarkannya berdetak
sepasrah itu asaku
lalu di manakah cinta saat aku perlukan
saat engkau ada di hadapan, dan aku diam?
tak segegap gempita asa yang bergulung-gulung
bahkan baunya pun tak tercium dari kelok hati
lenyap tak berpendar seperti mauku dulu
atau bejana itu telah koyak oleh curiga
yang walaupun diisi jutaan kali selalu daras
lalu busur yang melesat seakan kembali memutar arah
dan bulan kalah terang dengan gelap
dan aku kehilangan kamu
Jakarta 16 Februari 2012 lewat SLJJ :)
dan berharap tepat menancap di tengah hati berpeluh
lalu melihatnya menggelepar
keringat mengucur deras
sederas itu rinduku
ketika bulan meledek terjengkang-jengkang menertawakan malam
yang setengah mati menghidupkan gelap
yang akhirnya pasrah membiarkannya sedikit terang
membiarkannya berdetak
sepasrah itu asaku
lalu di manakah cinta saat aku perlukan
saat engkau ada di hadapan, dan aku diam?
tak segegap gempita asa yang bergulung-gulung
bahkan baunya pun tak tercium dari kelok hati
lenyap tak berpendar seperti mauku dulu
atau bejana itu telah koyak oleh curiga
yang walaupun diisi jutaan kali selalu daras
lalu busur yang melesat seakan kembali memutar arah
dan bulan kalah terang dengan gelap
dan aku kehilangan kamu
Jakarta 16 Februari 2012 lewat SLJJ :)
Senin, 13 Februari 2012
~ pagi ini ~
pagi ini di ibukota
hiruk pikuk tersumpal dalam setiap kepala
yang berjejalan di jalan yang tak semua mulus
motor menyalip tak kenal sopan santun
metromini menggeram
dan membuang hajat asapnya sesuka hati
ibu-ibu hamil terpaksa menyesap dan melambungkan parunya
dan paru-paru janinnya
asap hitam menghajar siapa pun tanpa ampun
ibukota di pagi hari
terbentanglah jutaan mobil mengantri
bagai ular naga tak berkesudahan
kesakitan
terburu-buru
sumpah serapah
majikan-majikan yang tak mengerti peluh sopirnya
peluh yang bercampur khawatir mobil juragannya menyerempet
atau dicium percuma oleh motor ugal-ugalan
nun di lipatan jalanan Jakarta yang jarang ramah ini
aku mangu sambil mendengarkan radio
yang sedang putarkan lagu mendayu
diseling suara dua penyiar yang bersahutan
berusaha menghibur, walau kadang gagal
aku injak rem, injak gas, pegal
injak rem, injak gas lagi, tak apa
asal anakku tidak terlambat hari ini
Jakarta 7 Februari 2012
peluh yang bercampur khawatir mobil juragannya menyerempet
atau dicium percuma oleh motor ugal-ugalan
nun di lipatan jalanan Jakarta yang jarang ramah ini
aku mangu sambil mendengarkan radio
yang sedang putarkan lagu mendayu
diseling suara dua penyiar yang bersahutan
berusaha menghibur, walau kadang gagal
aku injak rem, injak gas, pegal
injak rem, injak gas lagi, tak apa
asal anakku tidak terlambat hari ini
Jakarta 7 Februari 2012
~ kala bintang menyapa sepi ~
dan bulan
dan bintang
dan matahari
tak pernah tinggalkan ia sendiri
bahkan bintang menyapa dengan caranya
dengan bahasanya yang tertatih
sedikit lamat
sedikit mencipta perih
Jakarta, Februari 2012
dan bintang
dan matahari
tak pernah tinggalkan ia sendiri
bahkan bintang menyapa dengan caranya
dengan bahasanya yang tertatih
sedikit lamat
sedikit mencipta perih
Jakarta, Februari 2012
Langganan:
Postingan (Atom)