mengaduk rasa adalah keahlianku
menahan sakitnya hati adalah nama tengahku
bahkan sabar pun menjadi nafas tunggalku
dan kulakukan semua sendiri, bergelung bangga
lalu,
lalu tiba-tiba engkau mengaku bagian dari hidupku
padahal secuil pun tak
bahkan sekedar lewat saja tak
lalu,
lalu mengapa kini aku merasa engkau menagih janji?
padahal utang rasa padamu pun aku tak pernah
ingin pun enggan
menjawab pintamu yang menurutmu janji
adalah bagai menguapkan abab yang melembab
berat karena kesal
apa yang perlu kujawab, sebenarnya?
Jakarta medio Februari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar