rumah yang kusebut cinta itu roboh mendadak
tak menyisakan sedikit pun rasa
bahkan curiga enggan sapa
ibarat mata, buta
siapa bisa kusalahkan lenyapnya cinta
kala hati jua hilang nada
ibarat suara, bisu
ibarat lidah, kelu
herannya, tiada aku berduka
linang air mata kutunggu-tunggu dengan takzim
pun enggan meluncur
nir
Jakarta, Oktober 2011 setelah sekian lama diam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar