sore itu dari puncak awan
kau selipkan rindu di sela-sela sukma
dengan tutur lirih berbungkus perih
menyemai luka makin dalam prana
"bukalah sedikit pintu itu untukku", pintamu
lembar suaramu berganti-ganti dengan deru angin cemburu
lalu terdengar awan bergulung-gulung memanggil hujan
"dingin", engkau menggigil
{lalu senyap. suaramu lamat. terlambat.}
Jakarta, 8 Oktober 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar