ia termangu di ujung fajar
berpikir tentang dosa
yang panjang membuntuti
nggrundel
mengapa sulit membelit, desahnya
"saat aku begitu ingin merdeka
melipat isi bumi
meraup bimasakti"
hingga matahari membentur dahi
ia masih menekuni tanah
menghitung batu bagai hutang tuan
merelakan hatinya dipecut ketakutan
melepas segala cinta yang telah kering
dimakan ketamakan
merakus harapan
berkawan setan
aku memandangnya dari kejauhan
bukannya tak kasihan
tapi sungguh lidahku diikat aturan raja
mataku dibutakan pekak murka
ia masih diam bergelut pikiran dusta
bergelimang sanjungan semu setan berwujud manusia
dan menyumpal jantungnya dengan mimpi-mimpi palsu
di ujung senja aku tertawa, geli
Negeri Suka-suka, Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar